Resi Yusni Marlita M. SPd
Peduli Anak Autis Resi Yusni Marlita M. SPd adalah guru Pendidikan Luar Biasa di SLBN Karbela kota Bengkulu, sekaligus ketua yayasan dan kepala sekolah Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PL-PLK) Mutiara Bunda, yang beralamat di Jalan Gunung Bungkuk kecamatan Ratu Agung, kota Bengkulu. Resi begitu panggilanya merupakan sosok guru yang bekerja cerdas dan ikhlas terhadap anak-anak yang tidak diharapkan atau terbuang dalam keluarganya. Hatinya tergugah ketika ia melihat anak tetangganya. \"Awalnya saya prihatin melihat anak tetangga yang terbelakang, dan ia selalu disebunyikan keluarga, jangankan pendidikan, main saja terkadang dilarang, padahal anak-anak senangkan bermain, \" katanya. Kondisi inilah memanggil jiwa saya untuk menjadi guru, sekaligus jurusan itu disarankan guru dan orang tuanya, Drs Mudin (PNS di SKB, BU) menjadi guru, ia kemudian mengambil jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) di universitas Padang, dan lulus masuk Unpad. \"saya pernah ikut jalur undangan dan pilih sebagai akuntan, tapi tidak lolos, dan disarankan guru dan orang tua jadi guru, \" kenangnya. Di bangku pendidikan, Resi terbilang anak yang cemerlang, dan menjadi bintang kelas, saat duduk dibangku kuliah, pada semester lima. Dipandang pantas untuk menjadi dosen luar biasa, ia bersama rekan lainya diajak dosenya mengajar pada Rumah sakit di Sumatera Barat, untuk mengajar anak-anak autis keturunan warga India dan China. Kepiawaianya dalam mendekati anak-anak, membuat para ibu-ibu terkesan dan meminta Resi untuk mengajar anaknya ke rumah, tawaran itu diterimanya dan sejak saat itu ia mengajar secara dor to dor, kinerjanya itu dilakukan hingga wisuda, pun begitu ia lulus di Cumlaude (pujian-red). Lulus wisuda, tak langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, ia hanya mendalami pekerjanya dor to dor, ia juga menjadi honor di SLB di Bengkulu ini. Hingga akhirnya bertemu dengan jejaka Alfauzi Harianto, yang saat ini menjadi suaminya, kedua insan ini memiliki tujuan yang mulia untuk mewujudkan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus. \"Mereka ini juga membutuhkan pendidikan seperti anak-anak lainya,\" ceritanya. Dedikasi dan komitmen dalam mengangkat derajat orang-orang yang `terbuang` atau seperti sudah tidak diinginkan lagi oleh keluarganya, akhirnya di dorong orang tua anak autis untuk mendirikan sekolah, \"Saya melihat anak-anak yang berkebutuhan khusus itu sebagian di sembunyikan dirumah, bahkan sebagian orang tua yang ingin menyekolahkan anak-anaknya terkadang tidak diterima di SLB, baik negeri dan swasta, hati saya seakan miris melihat anak-anak itu, mereka itu juga butuh diperhatikan dan berhak mendapatkan pendidikan, \" katanya. Sejak saat itu ia di suport suaminya Alfauzi Harianto mengontrak sekolah Autis di jalan Hibrida, siswanya saat itu hanya 5 orang. Tantangan menghadapi anak autis sangat luar biasa, untuk menangkan saja membutuhkan waktu paling cepat dua jam, belum lagi mengajarkan vokal kata, mengajari gerakan dan kontak mata, setiap bulanya ia harus mengeluarkan operasional Rp 10 juta untuk memenuhi kebutuhan sekolah mulai listrik, kontrakan, dan gaji guru. Ia bayar dari hasil bengkel las suaminya. Meski demikian, ia tetap mengupayakan berbagai cara untuk mempertahankan dan memberikan pendidikan kepada mereka. Tuhan memiliki rahasia dan kemurahan, sekolahnya pun berkembang. Bahkan Ibu dua anak yang mendedikasikan hidupnya untuk mendidik anak-anak \"buangan\" sekolah luar biasa launta untuk diterima di sekolah baik itu penyandang cacat fisik, mental, gabungan keduanya, anak autis, untuk diterima disekolahnya. Ia mengaku saat ini sekolah Mutiara Bunda telah memiliki gedung sendiri di jalan Gunung Bungkuk, Ratu Agung kota Bengkulu, dan telah menampung sekitar 66 orang, dengan berbagai kriteria, sekolah Pl-PLK Mutiara Bunda ini membuka terapy bagi anak autis. Tuhan memberikan keberhakan bagi keluarga kecilnya, belum lama ini ia bersama dengan suaminya diterima menjadi Pegawai negeri Sipil (PNS) dan saat ini ia bekerja sebagai guru SLB negeri, dan menjadi kepala sekolah di Mutiara Bunda miliknya, sedangkan suaminya bekerja di SMK di Bengkulu Utara. Demi mengabdikan diri dalam dunia pendidikan, pasangan suami istri, saat itu belum memiliki rumah pribadi, ia menempati rumah dinas SLB, \"Rizki itu selalu ada-ada saja, dan alhamdulillah saya saat ini sudah memiliki rumah, dan bangunan sekolah selain dibangun dari dana pribadi, juga mendapat kucuran anggaran dari diknas, \" terangnya. Ia masih menyimpan harapan, jika anak-anak berkebutuhan khusus tak hanya mampu belajar mengerti abzad, membaca namun mereka ini dapat diberikan keterampilan, \"mereka ini jika secara Iq ada yang cepat menangkap ada yang tidak, makanya butuh alternatif khusus untuk bekal hidupnya kelak, supaya tidak ketergantungan, \" katanya. Ia berharap membangun sekolah kejuruan. Kesibukanya menjadi oemar Bakrie, wanita kelahiran Tanjung Karang 5 maret 1980 tahun silam ini, sulit untuk berbagi waktu, pun begitu ia tetap berupaya menyeimbangkan antara, kerja, anak, dan rumah, \"Pagi hari saya harus ngajar di SLB, siang harinya di Mutiara Bunda hingga sore, dan malam waktu berkumpul bersama keluarga, \" katanya. Kedua putra dan putrinyapun sudah sangat paham dengan kinerja yang dilakukan kedua orang tuanya, \"Saya selalu ingatkan pada anak-anak, jika mencari mama ada di sekolah, \"sehingga anak-anak tidak pernah protes, bahkan selama ini akan-anaknya tumbuh dengan mandiri dan menjadi anak yang pintar, anak-anak selalu dilibatkan, perkembangan dan melihat anak-anak berkebutuhan khusus, supaya mereka pintar bersyukur dan tidak meremehkan sesama. Wanita manis berjilbab ini, mengatakan semua orang tua berharap memiliki si buah hati dengan kondisi organ sempurna, wajahcantik atau punganteng danpinntar, namun tak semua orang memiliki keberuntungan itu, jangan menyembunyikan anak-anaknya dan meras malu dengan kekuranganya, justru dengan memberikan pendidikan anak-anak justru mampu mengeluarkan kelebihan yang tidak dimiliki anak yang dilahirkan sempurna, \"Kita dilahirkan ada kelebihan dan kekurangan, dan itu semua patut di syukuri dan mampu menjadikan kekurangan sebagai kelebihan, \" terangnya. (endang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: