Dra Deny Asiah

Dra  Deny Asiah

Wanita Punya Kemampuan \"fotoREZEKI, jodoh dan maut tidak ada yang tahu kapan datangnya, begitulah  yang dialami oleh Dra  Deny Asiah, perempuan yang  dilahirkan pada 20 September 1964 tahun silam, di  Muara Aman Lampung itu telah  jatuh bangun melawan kerasnya hidup. Dengan perjuangan keras, ia tak mau kalah dengan  kalangan laki-laki. Anak  kedua dari delapan bersaudara  dan  buah hati  Drs M Daud  (alm) dan Nur\'aini, saat ini  patut bersyukur mendapatkan amanah  menjadi  kepala sekolah  dan satu-satunya kepala sekolah negeri di kota  Bengkulu.  \"Perempuan  jangan hanya diam, dan jangan mau kalah dengan laki-laki,\" katanya.

Sejak   tokoh RA Kartini   diakui sebagai pahlawan perempuan,  peran  perempuan sudah mulai diperhitungkan, mulai   politik, birokrasi dan  lain-lainya, karena perempuan tak hanya memiliki kemampuan dalam mengurus rumah tangga, namun ketelatenan perempuan, dan  sikap tanggungjawabnya   memberikan kelancaran dalam berwakarier, untuk lebih maju, berprestasi tanpa mengabaikan tugas dan kodratnya sebagai ibu dalam rumah tangga.

Dra Deny Asiah, awalnya juga bukanlah  orang yang hebat, ia sendiri seorang guru  bidang studi matematika biasa,  kemudian ia diberikan kepercayaan sebagai wakil kepala sekolah di SMAN 3 kota Bengkulu bagian kesiswaan, saat bersamaan pula ia menjabat sebagai koordinator   tim  fasilitator nasional  dari Dirjend pembinaan SMA di Kementerian Pendidikan nasional, dan saat pemerintah  kota menjadi kepala sekolah di SMAN 4 kota Bengkulu, dan merupakan satu-satunya kepala sekolah perempuan di kota Bengkulu.

Deny tak menyangka bisa duduk  dan menjabat sebagai kepala sekolah seperti saat  ini, \" Sejak awal saya bercita-cita menjadi dokter, tapi ditentang orang tua, \" katanya. Menjadi guru  adalah  atas keinginan keluarganya yang dilatar belakangi sebagai \"oemar bakri\",.  Latar belakang keluarganya  sebagai tenaga didik inilah keluarganya mengharapkan anak-anaknya melanjutkan perjuanganya demi  generasi muda.

\"Ayah  dan ibu sebagai guru. Sebelum pensiun  ayahnya ngajar di  Sekolah Dasar (SD), kemudian guru di tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP), Sekolah Pendidikan Guru (SPG), dan  hingga masa pensiunnya Ayahnya M Daud   sebagai kepala sekolah sebuah SMP di daerahnya, begitu juga ibunya adalah  guru di SKP ( Sekolah  Kepandaian Putri), \" bebernya.

Kecerdasan Deny, membuat  keluarganya bangga, selain anak berprestasi ia juga jago  bidang matematika, \" Ilmu matematika itu sebenarnya muda, asal kita paham, mengerti, dibanding ilmu lainya,\"  bebernya. Sehingga lulus SMA, ia diarahkan mengambil jurusan Matematika, dengan pertimbangan tak banyak orang yang mampu menggeluti bidang studi ini, akhirnya ia mengambil jurusan matematika di Universitas Muhammadiyah , Metro, Lampung.

Berhasil menyandang Sarjana, ia pun berkelana  mencari pekerjaan  hingga ke Bengkulu,   Deny di rekomendasikan  menjadi honorer dosen kopertis wilayah empat  di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) yang saat ini berubah namanya menjadi UMB, bersamaan itu juga itu Pemerintah daerah provinsi Bengkulu melalui Dinas  pendidikan dan Kebudayaan ( P dan K) merekrut Pegawai Negeri Sipil,  saat dibutuhkan empat saraja  Jurusan Matematika,  namun saat  pendaftaran ditutup,  kuota yang dibutuhkan tak mencukupi, dan hanya dia sebagai peserta tunggal.

Dua pilihan yang  berat, melihat peluang besar  pada tes CPNS, P dan K, Deny akhirnya memilih   mengikuti tes CPNS itu. Nasih  baik berpihak kepadanya,   Deny dinyatakan lulus tes dan  tertanggal  1 Februari 1991 SK (Surat Keputusan)  dari pusat keluar.

Berkat arahan  kedua orang tuanya, ia bersama empat saudara menjadi guru, dua orang jadi PNS pemda dan satu orang Bidan. \" Dari delapan bersaudara, satu orang meninggal, dan ketujuh saudara sudah bekerja, 4 orang guru, satu bidan,  dan dua orang PNS Pemda Lampung, \" ceritanya.

Pertama kali ditugaskan di SMAN 3 Kota Bengkulu (saat itu SMA Pagar Dewa-red),  statusnya saat itu masih lajang, selang beberapa tahun kemudian  ia bertemu dengan jodohnya dan menikah, hingga memiliki  dua putri cantik, yakni Dhea Febrita  dan Ade Riski Oktarina .

Allah berkehendak lain pada tahun 1997,  suaminya meninggal,  saat itu anak-anaknya masih cukup kecil, pun begitu ia tak mau larut dalam kesedihan,  ia tetap fokus dalam karirnya sebagai guru bidang studi Matematika, sekaligus mengurus   kedua anaknya hingga besar seperti  saat ini, \" Dhea  sekarang sudah  menjadi mahasiswi di Unib semester 6 dan Ade kelas 3 SMA, \" tutur  wanita berjilbab itu.

Tak ada yang berkeinginan menjadi seorang single parent termasuk dirinya,  kesabaran, ketegasan, disiplin dan jiwa bertanggungjawab  mendidik anak-anaknya   tidak dianggap beban,  justru  dijadikan suport diri untuk lebih maju,  sikap  tak gampang kecewa, dan  selalu bersusaha  itu ditularkan kepada kedua putri tercintanya, supaya keduanya menjadi anak yang mawas diri, tidak sombong, dan  mampu menjaga  nama baik keluarga dan  kedua orang tuanya.

\" Seorang Single, dua peran dimainkan, saya harus mampu jadi ayah, dan  ibu  bagi anak-anak, sehingga terkadang harus bertindak tegas dan ditegaskan, saya juga   selalu  ingatkan kepada mereka untuk menjaga  diri, jaga nama baik  orang tua, dan menjaga  nama baik keluarga,\" katanya.

Dengan sikap keterbukaan  serta  pengertian satu sama lain,   kedua anaknya mesti tidak memiliki sosok figur sang ayah namun ia mampu terhindar dari segala godaan seperti narkoba.

Diakuinya, menjadi  seorang wanita karier cukup menyita waktu,  apalagi saat ia di beri tanggungjawab sebagai wakil kepala sekolah di SMAN 3 kota Bengkulu, sekaligus  sebagai fasilitator  tim supervisi sekolah model binaan  tingkat SMA  dari Direktorat jenderal (dirjen) kemendiknas, serta  tim fasilitator RSBI Dirjend Pembinaan SMA  tahun 2012.  Ia harus melakukan   survey ke lokasi seperti di Padang, Sumsel, dan Bengkulu, banyak waktu yang tersita  bahkan  harus keluar daerah.  \" Meski menjadi wanita karier, keluarga  sangat diutamakan, \" terangnya.

Ditempat tugasnya yang baru,  ia berkeinginan untuk menjadikan SMAN 4 kota Bengkulu sebagai sekolah unggulan dan menjadi lirikan  pertama bagi   masyarakat,  untuk mewujudkan itu semua butuh kerjasama,  dan dukungan dri berbagai pihak, satu prestasi telah dipegangnya selama empat bulan menjabat sebagai kepala sekolah, SMAN 4 meraih sekolah sehat  dan bersih ditingkat kota.  \" Kedepan harus lebih baik dan lebih maju lagi, \" ujarnya optimis. (endang)

\"biodata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: