Penduduk Miskin di Bengkulu Turun, Namun Masih Tertinggi Kedua di Sumatera

Penduduk Miskin di Bengkulu Turun, Namun Masih Tertinggi Kedua di Sumatera

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal saat menyampaikan indeks kemiskinan di Provinsi Bengkulu -foto: tri yulianti-

BENGKULUEKSPRESS.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat penurunan persentase penduduk miskin di Bengkulu pada September 2024 menjadi 12,52 persen. 

Angka ini turun 1,04 persen poin dibandingkan Maret 2024 yang mencapai 13,56 persen.  

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, mengatakan bahwa jumlah penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebanyak 261,15 ribu orang, mengalami penurunan signifikan dari data sebelumnya.  

 Penurunan angka kemiskinan ini mencerminkan upaya positif yang dilakukan pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait. 

"Penurunan sebesar 1,04 persen poin ini merupakan pencapaian yang luar biasa, mengingat angka kemiskinan pada Maret berada di 13,56 persen," ujar Win Rizal, Rabu (15/1/2025)

  BACA JUGA:Komisi IV DPRD Prov Bengkulu Minta Rumah Sakit Tingkatkan Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan

BACA JUGA:Dewan Prov Bengkulu Larang OPD Ancam Honorer Ikut Aksi

Meski mengalami penurunan, persentase penduduk miskin Bengkulu masih menjadi yang tertinggi kedua di Pulau Sumatera setelah Aceh. 

Selain itu, angka kemiskinan Bengkulu juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang berada di angka 8,57 persen.   

Data BPS juga menunjukkan penurunan kemiskinan baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan selama periode Maret hingga September 2024.

 Namun, garis kemiskinan meningkat 0,26 persen, dari Rp671.095 pada Maret 2024 menjadi Rp672.816 pada September 2024.  

"Secara data memang turun, tapi untuk di Sumatera kita masih berada di posisi kedua setelah Aceh. Kemudian untuk wilayah, di Bengkulu yang lebih tinggi kemiskinan tuh ada di perkotaan," sambung Kepala BPS Provinsi Bengkulu 

Win Rizal menjelaskan, komoditi makanan memberikan kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan. 

Pada September 2024, kontribusi makanan mencapai 73,37 persen, sementara komoditi bukan makanan menyumbang 26,63 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: