Pelajaran Berharga dari Desa Air Petai: Toleransi dan Kerukunan di Tengah Keberagaman

Pelajaran Berharga dari Desa Air Petai: Toleransi dan Kerukunan di Tengah Keberagaman

Mahasiswa Mikom Fisip Unib foto bersama dengan Kades dan tokoh agama Desa Air Petai Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, Sabtu (26/10/2024). -(ist)-

Tak hanya dari Kades, tokoh agama juga memberikan perspektif yang berharga. Jhon Heri, tokoh agama Muslim, menekankan pentingnya memahami tujuan kegiatan agama lain. “Kita harus menghormati agama lain. Misalnya, saat umat Hindu menggelar ngaben, kita tidak hanya datang sebagai undangan, tetapi juga harus memaknai acara tersebut,” ungkapnya. Ini adalah salah satu bentuk nyata dari Bhinneka Tunggal Ika yang diimplementasikan oleh masyarakat desa.


Mahasiswa Mikom Fisip Unib foto bersama di depan Desa Air Petai Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma, Sabtu (26/10/2024). -(ist)-

Sementara itu, Parjia, tokoh agama Hindu, menyampaikan pentingnya saling menghargai dan mengerti dalam keberagaman. “Kita semua bersaudara meskipun berbeda agama. Hubungan kita dengan Tuhan dan lingkungan adalah hal yang penting,” ujarnya. Ia juga berbagi tentang kegiatan bersama antarumat beragama, seperti perayaan ogo-ogo yang melibatkan semua warga desa. Ini menunjukkan bahwa kerukunan bukan hanya slogan, tetapi direalisasikan dalam tindakan sehari-hari.

Bendot Margono selaku tokoh agama Kristen menceritakan, di keluarganya, dalam satu rumah terdapat penganut agama Islam, Kristen, dan Katolik. Jadi sudah terbiasa dengan perbedaan keyakinan. 

"Jika dia Kristen sudah tahu dari ranah teologis dan kognitif, maka itu sudah menjadi sikap dalam hidupnya. Itu menjadi perilakunya secara psikomotorik. Secara afektif, dia merasakannya, dan secara psikomotorik, dia menjalankannya. Jadi, di manapun kami berada, itu menjadi pedoman kami," ujar Bendot.

Ia menambahkan, di Air Petai, saling pengertian adalah hal utama. Dari hal terkecil, seperti menyuguhkan makanan untuk tamu. "Tamu Muslim tidak mungkin disuguhkan panggang Bali atau BPK Medan, tetapi kami buatkan opor ayam," ujarnya.

Selain itu, salah satu contoh kuatnya kerukunan umat beragama di Air Petai, meskipun selaku pendeta, Bendot sudah biasa menjadi penerima tamu di pesta pernikahan umat muslim. "Padahal, saya ingin menjadi sapu jagat (bagian bersih-bersih), tetapi tidak diperbolehkan, karena tupoksi sudah ada," ujar Bendot bergurai.

Sementara Joger Simbolon, seorang pemuda lintas agama Desa Air Petai, menambahkan bahwa keluarga mereka terdiri dari berbagai agama dan suku. “Kami saling mendukung dan merayakan perbedaan. Pendidikan tentang toleransi sudah ditanamkan sejak kecil, dan kami siap menjaga keamanan bersama,” katanya. Melalui dialog yang terjadi antara mahasiswa dan masyarakat, harapan untuk menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis di tengah perbedaan semakin terwujud.(r)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: