Ini Dia Tradisi Unik Khas Indonesia yang Menggunakan Hewan

Ini Dia Tradisi Unik Khas Indonesia yang Menggunakan Hewan

Pasola sendiri pada dasarnya adalah semacam atraksi di mana sejumlah penunggang kuda saling melemparkan lembingnya ke arah lawan.--

Besarnya antusias yang ditunjukkan oleh penonton tidak lepas dari fakta bahwa kerbau-kerbau yang diadu dalam tradisi ini bukanlah kerbau biasa, melainkan kerbau-kerbau yang dirawat secara khusus supaya bisa bertarung sebaik mungkin.

Menjelang dimulainya pertarungan, kerbau-kerbau tersebut diberi aneka macam makanan bergizi, jamu, hingga obat kuat. Tidak mengherankan jika kemudian kerbau-kerbau yang mengikuti tradisi ini harganya yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Pasola
Pasola adalah tradisi khas warga desa Wainyapu di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pasola sendiri pada dasarnya adalah semacam atraksi di mana sejumlah penunggang kuda saling melemparkan lembingnya ke arah lawan. Pasola merupakan tradisi yang digelar setiap tahun. Namun waktu digelarnya pasola tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Untuk menentukan waktu pelaksanaan pasola, warga setempat harus meminta bantuan rato terlebih dahulu.

BACA JUGA:Outfit Nonton Bioskop yang Nyaman dan Tetap Stylish

Rato adalah tetua adat sekaligus pemuka agama Marapu, agama lokal penduduk asli Pulau Sumba. Terkait pasola sendiri, tugas rato adalah melihat tanda-tanda fenomena alam semisal peredaran bulan. Setelah menganalisa fenomena alam tersebut, rato kemudian akan menentukan waktu paling tepat untuk melaksanakan pasola.

Saat hari pelaksanaan pasola sudah tiba, para peserta akan dibagi ke dalam 2 kelompok. Kedua kelompok tersebut kemudian akan saling memacu kudanya ke arah kelompok lawannya. Saat sudah mencapai jarak tertentu, mereka kemudian beramai-ramai melemparkan lembing yang dibawanya.

Di masa lampau, para peserta pasola konon bisa meninggal akibat terjatuh dari kuda atau terkena lembing lawan. Di masa kini selama puluhan terakhir, tidak ada lagi orang yang meninggal akibat mengikuti pasola. Namun peserta harus tetap berhati-hati karena jika mereka sampai terkena lembing di daerah vital, mereka tetap bisa mengalami cedera parah.

BACA JUGA:Doa dan Niat Sedekah Subuh, Amalkan Agar Mendapat Keberkahan

Bagi warga lokal, pasola bukan hanya soal menunggang kuda sambil melempar lembing. Momen penyelenggaran pasola juga kerap dimanfaatkan oleh warga dari desa tetangga untuk mengunjungi desa tempat penyelenggaraan pasola dan bersilaturahmi dengan kerabat di desa tersebut.

Rampogan Harimau
Gladiator adalah praktik dari masa Romawi Kuno di mana peserta diharuskan bertarung sampai mati melawan peserta lain atau hewan buas. Di masa lampau, Nusantara ternyata juga memiliki tradisi gladiatornya sendiri. Rampogan adalah nama dari tradisi tersebut.

Rampogan merupakan tradisi yang digelar oleh Kerajaan Mataram Jawa sejak abad ke-17. Dalam tradisi ini, harimau akan ditangkap dari alam liar dan dipaksa bertarung sampai mati melawan kerbau. Tidak jarang harimau tersebut harus menghadapi beberapa ekor kerbau sekaligus supaya pertarungannya jadi semakin seru.

BACA JUGA:Ingin Alam Kubur Menjadi Taman Surga, Syekh Ali Jaber Bagikan Caranya

Memasuki abad ke-18, rampogan hanya menjadi semakin berdarah karena yang diadu melawan harimau bukan lagi kerbau, tetapi juga manusia. Tradisi rampogan harimau melawan manusia biasanya digelar setiap Idul Fitri untuk menyimbolkan kemenangan umat manusia melawan dosa-dosanya. Dan harimau dipilih sebagai penyimbolan dari dosa.

Tradisi rampogan terus digelar hingga berabad-abad tahun berikutnya. Hingga kemudian pada tahun 1905, pemerintah Hindia Belanda mengumumkan kalau rampogan tidak boleh dilaksanakan. Sekarang, rampogan dituding menjadi salah satu penyebab mengapa harimau tidak bisa lagi ditemukan di Pulau Jawa.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: