Menurut Gus Baha, hal ini menunjukkan bahwa tradisi tersebut bukan hanya sekadar budaya lokal, tetapi juga memiliki dasar keilmuan yang mendalam.
Gus Baha juga menekankan pentingnya pemahaman tradisi keilmuan dalam menjalankan ibadah.
Gus Baha berpendapat bahwa tradisi seperti tahlilan seharusnya dipahami sebagai bagian dari penerapan ilmu agama, bukan hanya sebagai ritual belaka.
Gus Baha menambahkan bahwa tradisi tahlil atau mengirimkan hadiah bacaan Al-Qur'an kepada mayit memiliki nilai yang sangat positif.
Selain menjadi doa untuk almarhum, tradisi ini juga berfungsi untuk mempererat hubungan antara keluarga dan masyarakat.
Dalam hal ini, Gus Baha menilai bahwa perdebatan tentang tahlilan lebih banyak muncul akibat kurangnya pemahaman terhadap pendapat ulama.
Padahal, tradisi ini seharusnya dilihat dari sudut pandang manfaat dan kesesuaiannya dengan syariat.
BACA JUGA:Keutamaan Memiliki Banyak Kucing di Rumah, Gus Baha Ungkap Faktanya
BACA JUGA:Keutamaan dan Amalan Mulia di Bulan Rajab, Berikut Penjelasan Gus Baha
Gus Baha juga menyoroti pentingnya menjaga keharmonisan dalam masyarakat terkait perbedaan pandangan ini.
Gus Baha menyatakan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, namun hal itu tidak seharusnya menjadi alasan untuk saling menyalahkan.
Menurut Gus Baha, selama tahlil dilakukan dengan niat yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat, maka hal tersebut tetap dapat diterima.
Gus Baha menambahkan bahwa tradisi ini juga berfungsi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Gus Baha mengingatkan bahwa inti dari tahlil atau pembacaan Yasin untuk mayit adalah doa dan keikhlasan.
"Yang utama adalah niat kita untuk mendoakan mereka yang telah meninggal," ungkap Gus Baha.
Dalam pelaksanaannya, Gus Baha menyarankan umat Islam untuk selalu merujuk kepada ulama yang kompeten dalam memahami hukum-hukum agama.