Asal Usul Keberadaan Kolak di Indonesia, Ternyata Banyak Makna Filosofi Tersembunyi

Kamis 21-03-2024,14:30 WIB
Reporter : Fitri Nugroho
Editor : Rajman Azhar

Kolak adalah Anjuran Mengosongkan Dosa

Banyak yang belum tahu jika kolak banyak melambangkan identitas budaya Indonesia. Etimologi “Kolak” berasal dari kata khala yang artinya kosong. 

BACA JUGA:Resep dan Cara Membuat Selada Ayam Dalam Mangkuk, Cocok untuk Berbuka atau Sahur

Harapannya, manusia harus selalu kosong dari segala dosa. Hidup harus di isi dengan aneka kebaikan dan menjauhkan hal-hal yang membuat dosa. 

Maka, manusia harus selalu berusaha dalam keadaan kosong atau terhindar dari keburukan hidup.

Kolak Simbol Pendekatan Diri Pada Tuhan

Selain etimologi kolak dari kata khala, juga dari asal kata kholaqo. Kholaqo adalah kata turunan dari kholiq atau khaliq yang artinya adalah mencipta. 

Dengan demikian, kewajiban manusia hidup harus selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta (Tuhan), agar hidupnya di dunia selalu mendapatkan keselamatan dan keberkahan hidup.

Ubi Mengingatkan Pada Kematian

Dalam kebudayaan Jawa, bahan makanan ubi atau ketela termasuk dalam kategori jenis makanan polo pendem, yang artinya tumbuh di bawah tanah (terpendam). Selain kategori polo gumandul, buah yang menggantung, seperti pepaya, durian, dan lain-lain

BACA JUGA:Resep Membuat Sempol Ayam Spesial Bikin Ketagihan

Makna filosofinya bahwa, kematian tidak bisa dihindari, sudah menjadi ketetapan-Nya. Hendaknya, selama manusia hidup harus selalu menjalankan kebaikan hidup.

Apabila masih banyak dosa-dosa dan berjalan di atas keburukan tindakan, maka secepatnya manusia harus menjalani pertaubatan, mumpung masih diberi kesempatan hidup.

Pisang Kepok Mengajarkan Untuk Tidak Berbuat Dosa

Kata kepok (jawa) merupak idiom dari kata kapok, dari kapok menjadi kepok. Secara filosofi, manusia yang telah berlumur dosa berkubang dalam tindakan yang tidak terpuji dan beradab, harus cepat-cepat untuk insaf atau kapok. 

Manusia harus selalu introspeksi diri dengan apa yang telah dilakukan. Manusia harus selalu kapok, tobat dan insaf. Hal tersebut semata untuk menjaga derajat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan.

Kategori :