Gurita Asal Kabupaten Kaur Diekspor ke Amerika dan Jepang, Capai 25 Ton Perbulan

Senin 12-12-2022,11:54 WIB
Reporter : Khairullah Syekhdi
Editor : Rajman Azhar

Ditambahkannya, terkait gurita yang belum bisa dibudidayakan, Pemkab Kaur kini akan berupaya mencari cara dalam mengembangbiakkan hewan ini agar dapat diperbanyak secara massal.

"Memang gurita ini belum bisa dibudidayakan, tapi kami akan terus mencari cara untuk mengembangbiakkannya agar habibat hewan ini tidak habis karena perburuan di alam,” tandasnya. 

Linau Jadi SFV 

Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI didampingi piahak Dinas Perikanan Kaur, beberapa bulan lalu melakukan kunjungan ke Desa Linau Kabupaten Kaur. Sebab, desa tersebut merupakan bakal calon lokasi Smart Fisheries Village atau Kampung Perikanan Cerdas.

Kegiatan yang dipusatkan di Balai Desa Linau tersebut melibatkan kelompok penangkap gurita, kelompok pengumpul gurita, kelompok pengolahan gurita dan koperasi nelayan yang ada di Desa Linau.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP RI Melalui Pelaksana tugas (PLt) Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang, Dr. Risky Antoni saat memberikan sambutan pada acara tersebut mengatakan Program Smart Fisheries Village (SFV) merupakan konsep pembangunan desa perikanan berbasis penerapan teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa.

“Jadi Smart Fisheries Village juga merupakan model pengembangan desa perikanan pintar secara terintegrasi dengan berkolaborasi bersama banyak pihak terkait yaitu pemerintah pusat dan daerah, akademisi, industri, serta masyarakat," ujar Risky.

Ia menjelaskan, Desa Linau merupakan salah satu bakal calon SFV yang mewakili dari daerah pesisir dengan mengusung potensi gurita, selain menjadi ikon Kabupaten Kaur gurita memiliki kekhasan tersendiri terutama di Kabupaten Kaur.

"Linau ini cocok dengan program yang akan kita luncurkan potensi guritanya sangat tinggi sangat baik untuk dikembangkan," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kaur, Misralman SP mengatakan potensi gurita yang selama ini sudah dikelola dengan baik dari hulu dan hilir mendapatkan intervensi dari program SFV ini sehingga komoditi gurita ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Kaur. 

“Kegiatan ini juga dihadiri NGO Akar Foundation yang sudah melakukan pembinaan terhadap nelayan-nelayan penangkap gurita di Kabupaten Kaur. Di hulu, program penutupan sementara terhadap gurita sangat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kelestarian dan produktivitas pemanfaatan gurita itu sendiri,” terangnya.

Ditambahkannya, pemanfaatan gurita di Kabupaten Kaur masih sangat konvensional yakni dengan penjemuran menggunakan sinar matahari. Sementara di hilir,  pembuatan kerupuk gurita sudah banyak dilakukan oleh masyarakat yang ada di kabupaten Kaur.

"Ke depan, kita berharap dengan ditetapkan Desa Linau sebagai Desa SFV dengan komoditi gurita akan mendapatkan perhatian semua stakeholder demi keberlanjutan pengelolaan gurita tersebut. Pemkab Kaur akan mendukung sepenuhnya program yang akan diluncurkan," tandasnya.

Nelayan Tradisional Gunakan Alat Sederhana

Para nelayan di Kabupaten Kaur masih menggunakan peralatan tangkap tradisional untuk menangkap gurita. Alat tangkap gurita itu rata-rata dibuat sendiri oleh para nelayan Kaur yang berbentuk kepiting. Alat itu terbuat dari kayu yang digunakan sebagai pengapung alat tangkap tersebut, kemudian kayu kedua diisi dengan timah seberat enam ons sebagai pemberat. 

Lalu pengait pancing dan diwarnai digunakan sebagai penyangga saat gurita menaiki alat tersebut. Sedangkan sendok digunakan sebagai penghasil bunyi dan pewarna digunakan sebagai penarik perhatian gurita.

Kategori :