Machmud Yunus, Soekarno dan Cerita Gerilya

Rabu 10-11-2021,11:43 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

Oleh: Agustam Rahman

Kisah ini merupakan seri tulisan untuk memperingati hari Pahlawan 10 Nopember 2021. Sebelumnya pada 2020 yang lalu saya (bersama Bung Emong Suwandi) menulis sosok Baba Lamsam pejuang berdarah Tionghoa asal Bengkulu. Saya haturkan ribuan terimakasih pada keluarga besar Machmud Yunus atas seluruh bahan tulisan yang diberikan.

Terimakasih juga untuk Kang Hendi Jo (Penulis Buku Zaman Perang, diterbitkan : Mata Padi Pressindo, 2015) atas masukan dan sarannya terhadap draft awal tulisan ini. Oya perlu kami tegaskan, walaupun kisah perjuangan gerilya dalam tulisan ini settingnya masuk wilayah Sumatera Selatan saat ini tetapi sebenarnya kisah gerilya itu mewakili wilayah Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan (pada awal kemerdekaan, Bengkulu dan Lampung masuk Propinsi Sumatera Bagian Selatan).

PENGANTAR

Zaman menjelang atau awal Kemerdekaan banyak muncul Pemuda Pejuang dari Bengkulu yang dikemudian hari menjadi tokoh nasional dan loyalis Soekarno. Sebut saja misalnya Asmara Hadi Penyair, Pejuang kemerdekaan yang pernah jadi Wakil Ketua DPRGR pada Kabinet Dwikora serta AM Hanafi mantan Dubes RI untuk Kuba.

Ternyata selain Kolonel Inf. Zakaria Kamidan (Om Jack) dan Mayor Inf. Nawawi Manaf (keduanya sering dihubung-hubungkan dengan pemberontakan PRRI) ada juga sosok lain dari Bengkulu yang berseberangan secara politik dengan Soekarno. Dia adalah Machmud Yunus. Tapi tidak banyak catatan tentang tokoh ini. Walaupun dimata keluarga dia adalah pribadi yang hangat dan tak jarang ia membuat masakan spesial untuk para cucunya tapi aktifitasnya diluar rumah sangat misterius dan terkesan tertutup.

MASA KECIL DAN ASAL-USULNYA

Machmud Yunus berasal keluarga muslim yang ta'at lahir dari pasangan Menoel dan Rama Inun di desa Gunung Megang, Kecamatan Padang Guci, Bengkulu Selatan 27 Juli 1927. Dia memiliki 7 saudara kandung yaitu Roebin, Moekeri, Soelaiman, Arkan, Rustam Effendi, Susilawati dan Boman dan 3 Saudara tiri yaitu Kadri, Umi dan Muhammad.

Pendidikan formal Machmud Yunus adalah HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Kota Manna Bengkulu Selatan, selain Machmud Yunus ada juga Ningsuwi dan Syafei keduanya anak Depati yang juga bersekolah di HIS Manna. Selama sekolah di HIS dia menumpang dirumah Riva'i Wazir seorang yang menjabat Klerk Kontrolir.

Perhatian Menoel akan pentingnya pendidikan sangat besar. Tahun 1938 di desa Gunung Megang sudah ada sekolah Muhammadiyah dan Tarbiyah (PERTI). Seorang guru yang bernama Marzuki asal Minangkabau sengaja didatangkan Menoel untuk mengajar di sekolah itu. Menoel pernah menjadi juru tulis marga Kinal waktu Pesirahnya dijabat Kianggun.

Semangat anti penjajahan diwarisi Machmud Yunus dari Menoel ayahnya. Bayangkan, hanya 5 hari setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 hanya sekolah Muhammadiyah di Gunung Megang yang berani mengibarkan bendera merah putih. Sementara para Kepala Marga belum terlihat tanda-tanda menyambut berita Proklamasi ini.

"Ketika mendapat berita Proklamasi pagi pukul 09.00 WIB, langsung saya dan Marzuki mengibarkan bendera merah putih dihalaman sekolah", ujar Menoel bercerita pada Machmud Yunus.

JAMAN PERANG GERILYA

Saat Jepang datang, Machmud Yunus dikirim Jepang ke Lebong Tandai di Bengkulu Utara untuk ikut Sekolah Teknik atau lebih tepatnya Kursus Mesin sekaligus dipekerjakan di tambang emas Lebong Tandai. Pada masa revolusi dia ikut terjun dalam perang lima hari lima malam di Palembang yaitu tanggal 1-5 Januari 1947 dilanjutkan dengan bergerilya di daerah Prabumulih dan ikut Long March ke Muaradua OKU Selatan sampai Lampung. Machmud Yunus tergabung dalam Kompi I dibawah Letnan Satu Sani Ja\'far dan pernah juga tergabung dalam Resimen 17 Brigade Garuda Merah, pernah juga dibawah kesatuan pimpinan Mayor Dani Effendi. Dalam gerilya itu dia ikut mendirikan pemancar radio di Kota Pagar Alam.

"Selama gerilya saya memegang senjata Thompson dengan 121 peluru, sebelumnya saya megang Lewis bermagazine bundar serta Colt 36 cap kuda", ujar Machmud Yunus pada cucunya Wawan Ridwan dengan bangganya.

Kategori :