Petani Karet Makin Menjerit
KAUR TENGAH, BE - Hujan yang masih terus turun mengguyur wilayah Kabupaten Kaur khususnya daerah sentra pertanian karet di Kecamatan Kaur Tengah, membuat petani di kawasan tersebut makin menjerit.Pasalnya, petani di kawasan tersebut relatif menganggur karena tidak bisa menyadap getah karet mereka. Karena menurut para petani, jika musim hujan khususnya malam hari atau dini hari turun hujan otomatis karet tidak bisa disadap.
“Sekarang ini harga karet saat ini tidak seimbang dengan harga kebutuhan pokok, kalau harga semua kebutuhan naik, tapi harga karet yang merupakan penghasilan kami, tidak ikut naik,” keluh Mawi (45), salah seorang petani karet di Kecamatan Kaur Tengah, kemarin (26/12).
Diakuinya dalam sepekan belakangan dirinya hanya bisa menderas karet dalam dua hari, hal ini jelas mengurangi tingkat produksi karet yang ia hasilkan dan otomatis pula mengurangi pendapatan dirinya dari hasil menderas karet. Apalagi kini harga kebutuhan pokok yang naik itu, seperti beras, minyak goreng, gula dan barang pangan lainnya terus merangkak naik. Akibatnya, petani kesulitan memenuhi kebutuhan hidup dari hasil menyadap karet.
“Harga jual karet basah sekarang hanya sebesar Rp 4 ribu hingga 5 ribu rupiah per kilo.Sedangkan untuk aret kering harga jual sebesar Rp 6 ribu per kilo nya,” keluhnya.
Senada dengan Anhar (53), salah satu penyadap karet yang Kecamatan Tetap. Kondisi ekonomi keluarganya saat ini kian terpuruk. Hal itu akibat terus anjloknya harga penjualan karet saat ini. Kini para petani berharapkan bagi pihak terkait bisa membantu jangan sampai harga karet ini semakin murah. Sehingga para petani karet tidak kesusahan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
“Karet ini sudah sulit disadap dan harganya pun tidak sebanding dengan kerja kita. Kami minta kepada pemerintah bisa mengatasi harga karet ini, dan kami minta harga karet ini kembali normal seperti biasanya,” harapnya.(618)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: