Sawit Tak Dibeli, Warga Datangi PT DDP

Sawit Tak Dibeli, Warga Datangi PT DDP

MUKOMUKO, BE -  Sejumlah masyarakat  diwilayah Kecamatan Ipuh dan sekitarnya nyaris ribut dengan  karyawan pabrik PT Daria Dharma Pratama (DDP) Ipuh, dan oknum aparat yang berjaga di perusahaan tersebut. Kejadian itu dilatarbelakangi penolakan perusahaan itu membeli tandan buah segar (TBS) dari masyarakat. Sedangkan oknum masyarakat yang diduga membayar “upeti” kepada oknum di perusahaan itu, TBSnya tetap diterima. Kisaran “upeti” yang diberikan itu mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per mobil. Salah seorang penjual TBS berinisial A warga Desa Retak Ilir, Kecamatan Ipuh kepada Bengkulu Ekspress menyampaikan, sejak hari Selasa dan Rabu pabrik tersebut hanya buka sekitar satu jam dan tetap menerima buah masyarakat. Tetapi kemarin (20/8), pihak perusahaan menyampaikan tidak menerima buah dengan alasan pabrik yang ada tidak dapat menampung buah dari masyarakat. Namun anehnya, masih ada buah dari masyarakat tetap diterima melalui jalur buah kontrak dan jalur buah dari kebun perusahaan tersebut. Asalkan ada “upeti” yang dibayar kepada oknum di karyawan perusahaan tersebut. “Sebenarnya kami tidak masalah terkait ada jalur masyarakat, jalur buah kontrak dan jalur buah milik perusahaan. Tetapi jangan abaikan buah masyarakat. Kami khususnya petani kecil yang hanya membawa 2 hingga 2,5 ton. Jika harus membayar upeti. Berapa lagi yang kami dapat . Ditambah lagi saat ini harga TBS murah,” bebernya. Dia meminta komitmen dari pihak perusahaan tersebut. Jikalau memang tidak lagi menerima buah masyarakat. Secara keseluruhan diberlakukan sama jangan ada tebang pilih. “Jika buah  masyarakat masih diterima harus adil. Ini tidak, mana yang ada “upeti” saja yang diprioritaskan dan bisa masuk melalui jalur jalur buah kontrak dan jalur buah milik perusahaan. Yang tidak, buahnya ditolak,” pungkasnya. Terpisah, Manajer Pabrik PT DDP Ipuh, Darmin Silalahi dihubungi Bengkulu Ekspress kemarin (20/8) sore  menyampaikan, pihak bukan tidak  menerima buah dari masyarakat. Tetapi kapasitas pabrik tersebut tidak mampu secara keseluruhan menampung buah dari masyarakat. “Buah yang sudah ada dan siap diolah masih menumpuk. Bukan kita menolak buah masyarakat,” katanya. Saat ini (kemarin), kata Silalahi, buah yang ada dan akan diolah mencapai 600 ton. Buah tersebut dipastikan belum akan selesai diolah dalam satu hari.  Ini dikarenakan keterbatasan kapasitas pabrik. “ Satu jam pabrik mampu mengolah 36 hingga 38 ton. Itupun kita paksakan  hingga 24 jam,” jelasnya. Ditanya adanya dugaan “upeti”, Silalahi mengaku tidak paham terkait hal tersebut. “ Kalau terkait upeti saya tidak paham.  Yang jelas masyarakat tidak sabar,” singkatnya. (900)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: