Pasar Rakyat Dibiarkan Ambruk

Pasar Rakyat Dibiarkan Ambruk

BENGKULU, BE - Masih belum selesainya berbagai persoalan yang terjadi di seluruh pasar tradisional membuat sejumlah kalangan skeptis dengan kemampuan Pemerintah Kota dalam melakukan penataan pasar. DPW Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Provinsi Bengkulu menilai, dihapuskannya anggaran untuk perbaikan pasar rakyat dalam APBD Kota Bengkulu sama saja artinya Pemerintah Kota membiarkan pasar rakyat ambruk.

\"Baru-baru ini kami mendapatkan rilis dari serikat pasar bahwa di Kota Bengkulu pesatnya perkembangan industri ritel modern berbanding terbalik dengan perkembangan pasar tradisional. Dengan dicoretnya anggaran renovasi 3 pasar tradisional dalam APBD Kota Bengkulu, pasar tradisional hanya menunggu waktu untuk kolaps,\" kata Ketua DPW SRMI Provinsi Bengkulu, Septiansyah, Minggu (18/1).

Menurut dia, membiarkan pasar tradisional terbengkalai bisa memperpanjang barisan pengangguran terbuka yang jumlahnya sudah cukup besar dalam beberapa waktu terakhir. Sebab, selama ini, pasar tradisional menjadi tempat bergantung rakyat banyak.

\"Saat ini, masih ada sekitar 60 ribu pengangguran terbuka di Kota Bengkulu. Sementara dalam cacatan kami, ada sekitar 3 ribu lebih warga Kota Bengkulu yang bergantung hidupnya di pasar. Bisa dilihat dalam aksi menolak Perda Pelayanan Pasar tempo lalu. Ini belum menghitung tukang ojeg, tukang gerobak, juru parkir, pasukan kuning, dan lain-lain. Mematikan pasar rakyat sama saja dengan menghentikan denyut nadi perekonomian rakyat,\" imbuhnya.

Karenanya ia mendesak agar Pemerintah Kota dapat mengawal komitmen Presiden RI Joko Widodo yang akan menggelontorkan anggaran APBN sebesar Rp 30 miliar untuk renovasi sejumlah pasar tradisional se-Kota Bengkulu, terutama Pasar Tradisional Percontohan Panorama. Bila komitmen tersebut gagal, ia menuntut agar Pemerintah Kota dapat mengalokasikan anggaran tersebut dalam APBD Kota Bengkulu Perubahan.

\"Setelah direnovasi, SRMI berharap tidak ada lagi label pasar tradisional sebagai pasar yang kumuh, jorok, bau, dan sebagainya. Pasar rakyat harus dikelola dan dikembangkan agar modern. Kami optimis, di bawah kepemimpinan Helmi - Linda, Pemerintah Kota punya itikad politik mengembangkan pasar rakyat, khususnya setelah Perda Pelayanan Pasar disahkan,\" ungkapnya.

Di sisi lain, sejumlah pedagang mengharapkan agar komitmen Pemerintah Kota untuk merenovasi sejumlah pasar tradisional direalisasikan. Syamsul Bintoro (34), salah satu pedagang ayam potong di Pasar Minggu mengaku kecewa dengan batalnya rencana Pemerintah Kota yang sempat mewacanakan akan merenovasi pasar awal tahun ini.

\"Biaya sewa lapak kan sudah dinaikan. Katanya dananya untuk renovasi pasar. Sekarang malah batal. Padahal lihat saja di Pasar Minggu bertingkat itu, ada ratusan kios yang dibiarkan membusuk. Padahal itu kan sebenarnya bisa digunakan untuk kami-kami ini,\" katanya.

Senada disampaikan Kurnia (38), pedagang Pasar Tradisional Percontohan Panorama. Ia berharap agar Presiden RI Joko Widodo melaksanakan janjinya untuk menata kembali pasar tersebut. Ia merasa optimis, para pelanggannya akan semakin banyak ketika suasana pasar yang ia tempati bersih dan nyaman. (009)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: