Petani Karet Kian Menjerit
ARGA MAKMUR, BE - Petani karet di Kabupaten Bengkulu Utara (BU) kian menjerit. Pasalnya, selain harga masih bertahan di totok rendah, Rp 5.000 per kilogram (Kg), curah hujan tinggi terjadi menyebabkan petani tak bisa menyadap getah. Sebenarnya harga getah karet sempat anjlok sampai Rp 4 ribu per Kg. Sejak beberapa hari terakhir sudah, namun masih jauh dari harga normal. \"Setiap hari rasanya bernafas setengah hidup, karena tertatih-tatih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, belum lagi sekarang musim penghujan, karena tidak bisa menyadap,\" kata Jaal (42), petani di Kecamatan Arga Makmur. Ditambahkannya, meski tidak lagi berada pada harga jual terendah, tetap jauh dari kondisi normal. Sebelumnya mereka sempat berjaya karena harga jualnya relatif tinggi di angka Rp 12 ribu per kilogram. Entah karena pengaruh apa langsung terpuruk dan membuat petani karet tidak mengetahinya. Belum membaiknya harga jual getah karet dan musim yang memasuki musim penghujan, membuat sebagian besar petani tidak bergairah lagi mengurus apalagi menyadap di kebun. Namun semua tidak punya pilihan lain lagi, karena dapur harus tetap mengebulkan asap. Sehingga setengah hati melangkahkan kaki ke kebun, itupun jika cuaca panas, tapi jika hujan tiba terpaksa tidak kekebun. Petani lainnya, Santo (50) mengatakan, dalam seminggu kebunnya bisa menghasilkan sekitar 70 kilogram getah karet. Bila dijual dengan harga saat ini, ia hanya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 350 ribu. Pendapatan tersebut sangat minim sekali untuk menghidupi keluarganya. Sebab kebutuhan keluarganya sangat banyak, yaitu membiayai kuliah anaknya di kota. Hal ini membuatnya harus memutar otak mencari pekerjaan lain, akhirnya iapun kadang-kadang menjadi kuli bangunan, itupun kalau ada teman yang membawa. \"Saya berharap harga karet bisa stabil lagi, menjadi Rp 10 ribu per Kg saja kami sudah bersyukur,\" ungkapnya. Menurutnya, dengan keadaan karet yang murah ini, pihaknya merasa sangat kesulitan dan terjepit. Serta bingung ingin memenuhi kebutuhan keluarga, karena ia memang mengandalkan makan dan minum dengan menyadap karet. Pantauan BE dilapangan, kebun karet yang terletak di sepanjang jalan poros provinsi di Workshop Arga Makmur, sekitar pukul 10.00 WIB telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Padahal biasanya petani karet ini selesai menyadap sekitar pukul 12.00 WIB. Hanya satu dua orang petani karet yang memang tinggal di kebun karet yang bisa dijumpai, tapi mereka sudah tidak menyadap lagi, karena hujan. (927)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: