Bengkulu Tolak ISIS

Bengkulu Tolak ISIS

Syamlan: Jangan Latah BENGKULU, BE - Kanwil Kemenag Provinsi Bengkulu menggelar rapat khusus untuk membahas Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di aula Kemenag, kemarin.  Rapat terbuka sebagai tindak lanjut dari rapat Komunitas Intelejen Daerah (Kominda) beberapa waktu yang menghasilkan keputusan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tokoh Gama, Tokoh Adat, dan Alim Ulama se-Provinsi Bengkulu menolak keberadaan ISIS di Bumi Rafflesia. Selain itu, para peserta rapat yang terdiri dari semua unsur dan lapisan masyarakat tersebut juga bersepakat untuk melakukan pencegahan terbentuknya perwakilan-perwakilan dan tempat berkembangnya ISIS serta faham sejenisnya di Bengkulu. \"Kita juga bersepakat untuk menyampaikan kepada masyarakat bahaya gerakan radikal ISIS ini,  menginformasikan kepada lembaga terkait bila ditemui atau indikasi adanya gerakan ISIS,\'\' jelas Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, H Suardi Abbas, yang memimpin jalannya rapat. Selanjutnya, dia juga meminta masyarakat agar tidak terprovokasi dengan adanya organisasi terlarang, ISIS. Diharapkannya juga, perlu adanya keinginan bersama pemerintah dan masyarakat, tokoh agama, para ulamauntuk mengehentikan faham yang bersifat radikal seperti ISIS ini. \"Agar terhindar dari bahaya organisasi semacam ini, para ulama juga harus menyampaikan kepada masyarakat, terutama umat Islam agar memahami agama secara utuh dan tidak parsial,\" pungkasnya. Menanggapi kesimpulan tersebut, HM Syamlan Lc menerangkan agar masyarakat Provinsi Bengkulu, terlebih lagi orang yang diberikan label ulama atau da\'i tidak latah untuk menolak ISIS.  Pasalnya, mantan Wakil Gubernur Bengkulu ini mengaku tidak menemukan jawaban dari para narasumber yang hadir pada rapat tersebut terkait definisi ISIS secara konkret. \"Jangan hanya ikut-ikutan saja menolak, semuanya harus beralasan dan berlandaskan,\" ujarnya. \"Saya dari tadi memperhatikan, tidak ada definisi jelas yang disampaikan para narasumber terkait ISIS ini. Jangan sampai kita menolak karena ikut-ikutan, karena pertanggungjawabannya kepada Tuhan,\" tambahnya. Syamlan mengkhawatirkan, isu ISIS ini malah merusak tatanan Islam itu sendiri. Pun demikian, ditegaskan Pemilik Yayasan Ma\'had Rabbani ini, semua pihak harus mengetahui dulu apa sebenarnya ISIS. Kalau kekerasan dalam beragama, lanjutnya, tentu harus ditolak. Karena Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, tidak radikal ke kiri dan tidak juga ekstrim ke kanan. \"Nanti, saya takutkan ada ustad yang ceramah tentang khilafah malah dituduh ISIS, kampanye tentang syariat Islam malah dituduh fundamental. Padahal, belum tentu itu, dan memang kampanye dan ceramah itu diatur oleh Al-Qur\'an,\'\' pungkasnya. Ustad kondang ini malah mengajak semua masyarakat untuk menolak faham liberalisme, yang hari ini dianggapnya telah menghancurkan dan memecah belah umat Islam. Menurut penuturan narasumber, kata Syamlan, ISIS ini dibuat dan dibentuk oleh Amerika.  Karena itu, kalau memang harus mengutuk ISIS, harusnya terlebih dahulu kita harus mengutuk Amerika. \"Kita harus mengutuk Israel yang telah membunuh warga Palestina. Kalau ISIS kan mau menegakkan negara Islam di Irak dan Syiria, Indonesia harusnya tidak punya kepentingan. Kecuali kalau ISIS melakukan kekerasan,\" tegasnya. Untuk diketahui juga, dalam rapat tersebut, Kanwil Kemenag menghadirkan 4 narasumber. Diantaranya, Ketua Kominda Bengkulu, Joko Susilo; Ketua MUI Provinsi Bengkulu, Rohimin; Wadir Intel Polda, Yudi Hermawan; Kasrem Gamas,  Letkol Kav Jaelani. Kesemuanya bersepakat menolak keberadaan ISIS di Bengkulu. Ketua MUI Provinsi Bengkulu, Rohimin, misalnya mengungkapkan ISIS bertentangan dengan Pancasila. Dia mengkhawatirkan, keberadaan ISIS bisa mengancam keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). \"NKRI ini harga mati, karena itu Majelis Ulama Indonesia dengan tegas menolak keberadaan ISIS serta mengharamkan masyarakat untuk masuk kedalamnya,\" ujarnya. Ketua Kominda, Joko Susilo mengatakan, anggota ISIS banyak terdiri eks napi teroris. Karena  itu, dia mengkhawatirkan ISIS bertingkah tak jauh beda dengan teroris yang sering melakukan aktivitas vandalis, bahkan anarkis. Para anggota ISIS ini, lanjutnya, dibayar dengan bayaran 1500 dolar. \"Jadi selain didoktrin dari sisi agama, para anggota juga dibayar. Untuk di Bengkulu, kami mencatat belum ditemukan indikasi penyebaran ISIS,\" ungkapnya. (609)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: