Sang Pati Mating Disulo Tampil Wakili Bengkulu

Sang Pati Mating Disulo Tampil Wakili Bengkulu

MUKOMUKO, BE – Festival teater tradisi tingkat nasional di Gedung Kesenian Jakarta, Juli mendatang akan diikuti Kabupaten Mukomuko. Kabupaten ini akan menjadi wakil Provinsi Bengkulu dan menampilkan teater yang mengangkat  cerita Sang Pati Mating Disulo. “Sebuah kehormatan bagi Mukomuko bisa mewakili Bengkulu dalam event nasional. Cerita Sang Pati Mating Disulo kami anggap sangat layak untuk ditampilkan karena mengandung pesan moral yang sangat tinggi,” ungkap Kepala Bidang Kebudayaan, Yulia Reni SS. Reni menjelaskan, teater ini bercerita tentang seorang raja yang yang bernama Sang Pati/Rajo Indo memperjuangkan hak-hak rakyatnya dari intimidasi penjajah Inggris sekitar abad ke XVIII silam. Pada saat itu sang raja menolak perintah dari penjajah untuk mengambil kayu kacang yang diperuntukkan sebagai tiang bendera Inggris yang akan ditegakkan di benteng Anna dan benteng Malborough Bengkulu. Jika kayu tersebut didapat dan bendera Inggris berkibar maka Inggris akan berkuasa selamanya di Mukomuko dan Bengkulu. Untuk mengangkat kayu tersebut diperlukan  tenaga ratusan orang, dimana lokasinya diperkirakan di wilayah Teras Terunjam. Dikarenakan menolak perintah tersebut Inggris melakukan berbagai cara untuk membunuh Sang Pati, mulai dari menggunakan berbagai jenis senjata, digantung sampai di tenggelamkan, namun usaha tersebut tidak dapat membunuh Sang Pati. Hingga pada akhirnya rakyatpun yang menjadi korban. Melihat begitu banyak rakyat Mukomuko yang dibantai dan di intimidasi, Sang Pati berinisiatif untuk menukarkan nyawanya dengan kebebasan rakyat Mukomuko. Ia pun memberitahukan kelemahannya kepada Inggris, dimana dirinya akan mati jika “Disulo” dengan pucuk pohon Nipah. Akhirnya Sang Pati pun wafat. “ Ini merupakan cerita singkat Sang Pati Mating Disulo yang akan dipentaskan dan diperankan oleh para pelajar serta masyarakat umum Kabupaten Mukomuko. Cerita tersebut merupakan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Mukomuko tempo dulu. Jangan sampai anak cucu kita nanti melupakan begitu saja cerita perjuangan para pahlawan khususnya yang ada di Mukomuko,” demikian Reni (900)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: