Sisi Lain Muslihan DS
Penjual Gorengan hingga Kuli Angkut di Pelabuhan BENGKULU, BE - Kehidupan H Muslihan Diding Sutrisno atau Muslihan DS SSos MSi saat kecil teryata berbanding terbalik dengan kehidupanya saat ini. Jika ditarik jauh ke belakang, liku-liku kehidupan Muslihan menimbulkan belas kasihan bagi orang yang melihatnya. Muslihan bukan terlahir dari keluarga berada yag hidup dalam kemewahan, melainkan hanya berasal dari keluarga yang cukup sederhana. Ayahnya (alm) Wagimin, berprofesi sebagai penjual sate dan serabutan lainnya. Sedangkan ibunya, Reben (88), hanya membantu pekerjaan ayahnya. Karena beratnya beban hidup, Muslihan yang merupakan anak kedua dari 11 bersaudara itu, sejak Sekolah Dasar (SD) telah terbiasa bekerja membantu orang tuanya menjual gorengan dan sate kacang keliling. Saat itu, Muslihan tinggal di Kampung Cina, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. \"Selain menjual sate kacang dan gorengan, saya juga pernah menjual kerupuk balado dan sagun. Itu saya lakukan untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,\" ungkap Muslihan secara ekslusif kepada wartawan Bengkulu Ekspress. Tidak hanya sampai disitu, perjuangan Muslihan membantu orang tuanya terus berlanjut hingga ia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat itu, Muslihan tidak hanya menjual gorengan, sate kacang, kerupuk balado dan sagun, namun Muslihan juga bekerja membanting tulang sebagai buruh angkut di Pelabuhan Bom Bengkulu yang terdapat di kawasan Tapak Paderi, Pantai Jakat, Kota Bengkulu. \"Saat itu di sekolah banyak jam pelajaran yang kosong karena gurunya tidak masuk, dan kesempatan itu saya memanfaatkan bekerja menjadi kuli angkut di pelabuhan Bom di kawasan Tapak Paderi dan itu tidak jauh dari rumah orang tua saya,\" akunya. Berbagai bentuk barang pun diangkutnya, seperti semen, beras, pupuk, sembako, karet dan sejumlah barang lainnya. Menurutnya, suatu hal yang sangat berkesan dan tak terlupakan hingga saat ini adalah ketika usai mengangkut karet, semua teman-temannya menjauh. Setelah ditelusuri, ternyata teman-temannya menjauh itu dikarenakan bau karet yang begitu busuk yang belum hilang dari tubuh Muslihan. \"Banyak suka dan duka yang pernah saya alami, berkat kerja keras itulah membuat saya pribadi yang kuat dan tidak cengeng,\" papar mantan bupati Rejang Lebong dan Bengkulu Utara ini. Menjadi kuli angkut di pelabuhan baru berakhir ketika Muslihan DS lulus tes AKABRI pada tahun 1972. Muslihan harus meninggalkan profesinya sebagai tukang angkut pelabuhan dan mengikuti pendidikan di Jakarta. Namun setelah lulus AKABRI tersebut, Muslihan sempat kembali menjadi kuli angkut bahkan sempat mendapat ejekan dari teman-temannya yang masih bekerja sebagai tukang angkut tersebut. \"Teman-teman saya banyak mengatakan saya kembali ke asal atau kembali menjadi buruh angkut dan itu saya biarkan saja. Saya kembali menjadi buruh angkut bukan saya kembali ke profesi asal saya, melainkan saya membayar nazar, karena ketika saya mengikuti tes AKABRI, saya sempat bernazar jika saya lulus maka saat saya kembali ke Bengkulu, saya akan kembali bekerja sebagai buruh angkut di pelabuhan,\" terangnya. Muslihan hanya mampu bekerja sebagai buruh angkut di Pelabuhan Bom itu selama 2 hari, setalah ia kembali mengikuti pendidikannya. \"Saat mengikuti tes saya bernazar, jika saya lulus maka saya akan kembali menjadi kuli untuk beberapa hari. Dan nazar itu saya bayar, tetapi alhamdulilah saya mampu melaksanakan pekerjaan sebagai buruh angkut itu selama dua hari,\" kenangnya.(400/adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: