Tien Soemaryatien Sony R
BERKAT CINTA BASUREK
CINTA Basurek (Batik Basurek). Berkat kecintaannya itu, Tien Sumaryatien, sukses menjadi pengusaha basurek. Padahal, dia bukan orang Bengkulu asli, tetapi berasal Sumedang. Perempuan yang memiliki kulit putih ini, sangat mencintai kain khas Bengkulu ini. Kecintaannya terhadap basurek, membawanya pada kesuksesan. Dia menjadi salah satu pengusaha sukses basurek di Bengkulu. Mengelola batik basurek, dilakoninya sejak 1989 tahun silam. Meski bukan orang Bengkulu asli, Tien, sapaan akrabnya, pernah menjalani usaha tata boga atau jasa catering. Pergaulanya yang luwes dan bersahabat, sehingga mendapat banyak kenalan pengrajin batik. Dia tergugah dan penasaran untuk melukis lilin pada motif diatas kain. Belajar membatik disela-sela kegiatan dewan kerajinan nasional daerah (Dekranasda). \"Dekranasda dulu sering ada kegiatan, display dan pembuatan kerajinan batik, saat orang istirahat saya coba-coba membatik, awalnya saya melilin diatas kertas koran, tapi lama-lama saya coba diatas kain, \" katanya. Tertantang untuk membuat batik basurek anggrek biru. Ia terus berlatih dan berlatih. Kegigihanya membuahkan hasil. Sehingga, dipercaya pemerintah daerah mengenyam pendidikan dan latihan di Yogjakarta. Perhatian pemerintah itu sempat menuai protes dari kalangan pengrajin putra daerah, hingga akhirnya, ia mengikuti diklat dengan pembiayaan pribadi. \"Dengan meminjam biaya pada orang lain sebesar 2 juta, biaya ini saya bagi dua, satu juta untuk diklat dan sisanya saya gunakan untuk modal membuat batik. Pinjaman uang itulah sebagai awal saya memulai menggeluti bisnis batik,\" katanya. Meski bukan putra daerah, istri Sony R (Alm) ini memberikan nama usahanya Ben\'s Collection, Kain Basurek Khas Bengkulu. Ini sebagai bentuk kecintaannya akan batik basurek. Kerajinan batik itu menjadi perintis kerajinan basurek saat itu. Sifat profesional dan dukungan suaminya menggeluti usaha rumahan itu. Dia mencoba mencari tren dan motif yang selalu diminati pasaran. Sibuk mendesain dan menciptakan karya unik dari hasil ukiran lilin yang dituliskan pada kain menjadi faktor keseimbangan dalam dirinya. \"Membantik sudah menjadi hobi ,\" katanya. Keasikan berburu motif, kain dengan hasil yang indah adalah kegiatan akhir minggu yan selalu dinanti. Kecintaannya pada kerajinan yang ditekuninya memberikan kesenangan, kepuasan dan juga menghindarkannya dari stres akibat tekanan pekerjaan yang sangat tinggi tuntutannya. Tien merasa bahwa dengan berkarya sebagai desainer dan pengrajin membuat dirinya menarik dan punya bahan perbincangan yang menyenangkan dengan siapapun. Bahkan iapun mampu membantuk sejumlah perempuan untuk merekrut sebagai karyawan, yang saat itu beberapa ibu rumah tangga, sehingga dapat membentuk perekonomian keluarga. Apa yang dilakukan itu memberikan dampak positif terhadap perekonomian namun juga segi kemasyarakatan. Menurut ibu lima putra itu, usahanya itu menambah luasnya perggaulan dan bersilahturahmi, \"Banyak manfaat yang diperoleh, bisa kenal banyak pejabat, banyak wawasan serta bisa jalan-jalan baik daerah, hinggga ke mancanegara,\" katanya. Berbagai karya yang dibuat tak hanya dinikmati dari kalangan masyarakat biasa, desain karya yang dijual dengan harga yang terjangkau ini berupa kain batik, baju-baju pria dan wanita, remaja, anak-anak. Ben\'s collection itu juga menerima pesanan seragam dan hem. Kemudian ia juga ber berinisiatif untuk membuat tas tangan batik, dengan varian batik. Bermodalkan mengikuti berbagai display, karyanya sudah banyak digunakan kalangan pejabat, lembaga dan dinas instansi. \"Batik nya sudah banyak digunakan pejabat, mulai keluarga kepresidenan soeharto dan wakil presiden trisutrisno beserta parakabinetnya, bahkan sekolah-sekolah, \" katanya. Untuk menjadi sukses tak mulus, butuh proses dan mengalami jatuh bangun. Dia pun sempat mengalami hal terpuruk batiknya sempat tidak laku bahkan dalam satu bulan tidak ada pembeli satupun, terparah rumahnya hancur akibat gempa tahun 2000. Usahanya sempat goyang. Dia mencoba merintis basurek di Sumedang membuka cabang disana, satu tahun lamanya usaha itu dikebangkan. Namun usahanya itu gagal, dan ia kembali ke Bengkulu untuk mengembangkan usahanya kembali. Diakui Tien, gencarnya pemasaran batik dari luar daerah, membuat kerajinan batik basurek semakin tertekan, karena selain belum banyak dikenal, batik basurek ini hanya digunakan warga tertentu. Untuk mempromosikan itu, berbagai cara dilakukan pengerjaan batik yang bekerjasama dengan pengrajin daerah tetaangga dan anaknya, berbekal promosi keikutsertaan di pameran-pameran kebudayaan & perdagangan, mengharapkan produk-produknya dapat dikenal masyarakat luas di era modern ini selain itu juga dapat melestarikan nilai kultural batik Indonesia. Rasa cinta terhadap batik basurek sudah mendarah daging, ia pun menanamkan rasa cinta itu kepada ke lima anak-anaknya,untuk mempromosikan batik, \" dari rasa cinta dan mampu mempromosikaan maka, kita mudah menjualnya, \" katanya. (endang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: