Penembak Polisi Sindikat Terorganisir
JAKARTA, BE - Mabes Polri mengklaim telah mengendus persembuyian Nurul Haq (28) dan Hendi Albar (30), dua tersangka penembak polisi di Cirendeu, Ciputat dan Pondok Aren bulan lalu, yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO). Tapi mereka belum ditangkap karena sengaja disembunyikan oleh sebuah sindikat. Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, kedua buronan Polri itu hingga kini masih disembunyikan oleh kelompok mereka di suatu tempat. Kelompok itu berupa sindikat yang terorganisir. \"Mereka bukan berdua, mereka adalah kelompok sindikat. Sindikat inilah yang menyembuyikan mereka,\" kata Ronny di Mabes Polri, Rabu (11/9). Dikatakan Ronny, sebenarnya penyidik sudah mengetahui di mana mereka disembunyikan. Tapi belum melakukan penangkapan karena penyidik lebih banyak menghimbau agar kelompok yang sembunyikan kedua tersangka menyerahkannya ke polisi. Dalam menghadapi sindikat ini, lanjut Ronny, Polri lebih mengedepankan upaya persuasif dibanding cara-cara keras, yang selama ini selalu menuai kecaman dari masyarakat. Hal itu juga menjadi bagian dari taktik Polri ke depannya. \"Kita punya taktik melakukan penangkapan, tidak hanya teknis. Pola penangkapan kita sering dicerca. Sekarang kita lebih kedepankan pola pengajakan untuk serahkan diri,\" jelasnya. Dengan demikian, lanjut Jenderal bintang dua itu, pelaku bisa diajukan ke pengadilan guna mempertanggung jawabkan perbuatannya. Karena bersalah atau tidak, hakim-lah yang akan memutuskan di pengadilan. \"Jadi serahkan saja. Jangan ada upaya penggerebekan karena penggerebekan itu keras. Kalau menurut versi mereka benar, silahkan berhadapan dengan hukum. Kalau tidak rekan-rekan tinggal menunggu Polri lakukan penangkapan,\" tegasnya. Hasil sementara yang diperoleh Puslabfor dan Inavis Polri yang diterjunkan menemukan fakta bahwa korban diberondong empat kali tembakan. Hasil otopsi terhadap jenazah Bripka Sukardi diketahui ada 4 bagian tubuh yang disasar peluru, yakni pundak kiri, dada kiri, perut bagian kiri dan lengan bagian kiri. \"Semua penembakan dari arah depan. Hasil otopsi ditemukan 2 anak peluru (bersarang),\" ungkap Ronny. Polri juga telah menemukan jejak-jejak pelaku dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP)n serta adanya rekaman CCTV yang diperoleh dari Gedung KPK. Data yang berhasil dikumpulkan itu tengah difokuskan untuk mengungkap pelakunya. Dalami Motif Mabes Polri mengklaim kegiatan pengamanan yang dilakukan Bripka Sukardi merupakan tugas resmi. Kepastian itu diperoleh setelah adanya koordinasi dengan Baharkam Polri selaku atasan korban. \"Yang bersangkutan sedang melakukan pengawalan tadi malam,\" kata Ronny. Kendati demikian, Mabes Polri masih mendalami latar belakang pengawalan tersebut. Dia menegaskan bahwa Polri akan transparan menyampaikan apapun hasil evalusasi internal yang dilakukan terhadap satuan tempat korban bertugas, termasuk soal protap pengawalan yang mengharuskan pengawalan dilakukan minimal dua personil. Polisi juga meminta keterangan dari supir truk paling depan yang diduga menyaksikan langsung penembakan. \"Apakah pelaku penembakan ada keterkaitan dengan latar belakang pengawalan, jadi semua kemungkinan didalami, baik masalah pribadi, maupun penembakan rekan-rekan kami sebelumnya,\" jelas Ronny. Ronny menegaskan bahwa Polri tidak pernah gentar terhadap serangan-serangan yang sedang ditujukan kepada Polri. Karena dia menyatakan tugas yang dijalankan setiap anggota Polri merupakan ibadah selaku anggota Polri dan Negara. Kapolri Melayat Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, pihaknya sudah menurunkan tim untuk mengusut tuntas dan menangkap pelaku penembakan terhadap Briptu Sukardi di depan gedung KPK, Selasa (10/9) malam. “Kami bekerja keras untuk melakukan langkah-langkah terutama untuk mengungkap kasus ini, tim sudah bergerak sejak tadi malam, kita tunggu saja hasilnya,” kata Kapolri Jenderal Timur Pradopo usai melayat di kediaman Sukardi, Jalan Cipinang Baru Raya RT 8/RW6 Blok J, Jakarta Timur, Rabu (11/9). Menurut Timur, meskipun sudah banyak kasus penembakan terhadap aparat kepolisian, pelayanan kepada masyarakat tidak boleh menurun. “Pelayanan tidak boleh kendor, masyarakat tidak usah ragu dengan tekad ini, kemudian langkah antisipatif, bukan hanya kita bertugas melayani masyarakat, ini semua kita antisipasi,” kata Timur. Ketika ditanyakan soal Sukardi yang mengawal truk-truk yang diluar tugasnya, Timur enggan berkomentar. “Kita fokus pada pengungkapan kasus,” katanya. CCTV Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan sudah berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya dan Badan Reserse Kriminal Polri untuk menganalisa rekaman Closed Circuit Television (CCTV) penembakan Anggota Provost Dirpolair Mabes Polri Bripka Sukardi. \"Tadi pagi kami berkoordinasi dengan Polda dan Bareskrim Polri menganalisa rekaman (CCTV),\" kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Kantor KPK, Rabu (11/9). Dijelaskan Johan, rekaman dari beberapa CCTV di depan KPK saat atau sesudah terjadinya peristiwa penembakan sudah diserahkan kepada Polda dan Bareskrim Polri. \"Tadi pagi datang ke KPK, aparat keamanan Polri dan sudah berkoordinasi dengan pihak KPK,\" paparnya. Atas nama KPK, Johan lantas mengucapkan belasungkawa yang mendalam, baik kepada keluarga Sukardi maupun institusi Polri. \"Kami sepenuhnya akan bantu proses penyelidikan dan penyidikan Polri dalam rangka menemukan atau mencari pelaku tindak kejahatan penembakan pada malam hari kemarin,\" katanya. Penghasilan Tambahan Istri Sukardi, Tirta Sari menyatakan, alharmum melakukan pengawalan truk hanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Saat itu, kata dia, almarhum mengawal karena diajak rekannya. \"Kan bapak ngawal itu diajak temennya, tapi saya gak pernah tahu yang ngajak dan ngawal apa. Bapak itu ngawal buat tambahan penghasilan saja. Ya nambahin buat anak pertama kuliah,\" kata Tirta di rumah duka di Gedung Sanggita Asrama Polri Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (11/9). Meski begitu, Tirta mengaku penghasilan Sukardi selama ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. \"Ya penghasilan bapak gajinya itu sekitar 5 juta, buat keluarga itu cukup. Bapak ngawal buat tambahan saja, supaya lebih mencukupi,\" kata Tirta. Seperti diketahui, Sukardi tewas ditembak orang tak dikenal saat mengawal iring-iringan enam truk tronton dengan sepeda motor Honda Supra B 6671 TXL di depan Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Ia ditembak sekitar pukul 22.20 WIB. Sukardi meninggalkan seorang istri, Tirta Sari (45), dan 3 orang anak, yaitu Dita Kardina Putri (19), Devi Novita Sari (17), dan Muhammad Adi Wibowo (8).(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: