Tahu-Tempe Bakal Hilang di Pasaran
BENGKULU, BE - Mahalnya kedelai berdampak pada produksi tahu dan tempe di Kota Bengkulu. Sejumlah pengrajin tahu dan tempe mengeluhkan hal ini, sehingga mereka mengadu ke Pemerintah Provinsi Bengkulu. Sebab setengahnya dari 115 perajin tahu dan tempe di Kota Bengkulu, sudah menghentikan produksi, akibat tingginya harga kedelai sebagai bahan baku utama. Dan dalam beberapa hari ke depan, tahu dan tempe bakal hilang di pasaran karena tak ada lagi yang memproduksi. \"Sejak harga kedelai mahal, separuh perajin tahu dan tempe menghentikan operasi. Hanya yang memiliki modal besar saja yang beroperasi,\" kata Ketua Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru Kota Bengkulu, Mas Agus Yunus, Jumat (6/9), saat hearing dengan Asisten II Setda Pemprov Ir HM Nahsyah MM, Kepala Badan Ketahanan Pangan Ir Muslih, dan Kepala Drive Bulog Bengkulu Riskan Nasution, serta Priono, Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag, Koperasi dan UKM Provinsi. Agus Yunus mengatakan, harga beli kedelai Rp 9.500 per kilogram di tingkat distributor membuat pengrajin tahu dan tempe gulung tikar. Sebab hitungan tersebut tidak masuk. \"Harga yang bisa kami toleransi sebesar Rp 7.000 per kilogram, tapi sekarang di pasaran sangat tinggi, Rp 9.500 per kilogram, maka banyak yang berhenti,\" katanya. Terlebih dia mengatakan harga jual tahu dan tempe di tingkat perajin tidak ada kenaikan. Meski, saat ini sebagian perajin menyiasati dengan mencampur kedelai dengan ampas kelapa, tetapi tidak mampu mengembalikan modal produksi. \"Kami menyiasati dengan dengan memperkecil ukuran produk, sehingga harga tetap sama. Tapi juga masih tidak berputar biaya operasi,\" katanya. Dia mengatakan, perajin sudah berniat mogok produksi massal sebagai bentuk protes kepada pemerintah yang dinilai tidak mampu mengendalikan harga kedelai. \"Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengendalikan harga yang terus melambung,\" ujarnya. Menurutnya, kebutuhan kedelai di Kota Bengkulu setiap bulannya mencapai 200 ton dan 400-500 ton di Provinsi Bengkulu. \"Saat ini memang ada kedelai di pasaran, tetapi harganya Rp 9.500 per kilogram, sangat mahal untuk kalangan perajin,\" tegasnya. Asisten II Setda Provinsi Ir M Nashyah MT MM mengatakan ketersediaan kedelai di pasaran cukup, tapi harganya melambung tinggi. Pihaknya meminta Drive Bulog Provinsi Bengkulu untuk mengatasi kelangkaan kedelai. Namun, yang jadi kendala tidak ada daerah yang memproduksi kedelai, sehingga harus diambil dari luar negeri membutuhkan waktu cukup lama. \"Kita terus berjalan mencari solusi ini, salah satunya dengan turun ke lapangan, mengontrol harga kedelai di distributor,\" katanya. Priono, Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag, Koperasi dan UKM Provinsi, mengatakan berdasarkan Permendag Nomor 25 tahun 2013 tentang harga pembelian kedelai di tingkat petani sebesar Rp 7.300 per kilogram. Sedangkan harga penjualan ke tingkat perajin, berdasarkan Permendag nomor 37 tahun 2013 sebesar Rp 7.700 per kilogram. \"Sehingga kita perlu melakukan kroscek di lapangan. Dalam waktu dekat ini akan membentuk tim kecil, langsung memantau kedelai didistributor atau dipasaran. Kita minta menurunkan harga lagi sesuai pasaran,\" katanya. Bengkulu Pesan 2000 Ton Untuk mengatasi kelangkaan pasokan kacang kedelai yang saat ini semakin menipis, Perum Bulog akan mengimpor kedelai dari Amerika Serikat (AS) sebesar 100 ribu ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 2000 ton untuk memenuhi kebutuhan kacang kedelai di Provinsi Bengkulu. \"Tapi, untuk mendatangkan ini butuh waktu lama, yaitu sekitar 50 hari. Sehingga, yang menjadi persoalan selama waktu itu, belum diatasi krisis kedelai,\" kata Kepala Drive Bulog Bengkulu Riskan Nasution, Jum\'at (6/9). Dia mengatakan, ke depan Drive Bulog akan melakukan cadangan atau stok sekitar 10 persen dari kebutuhan. Selama ini, pihaknya belum memiliki stok karena baru mendapatkan kewenangan dari pemerintah pusat. \"Untuk mengatasi krisis ini, bulog belum punya stok,\" katanya. (100)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: