Golput Diprediksi Naik 10 Persen

Golput Diprediksi Naik 10 Persen

BENGKULU, BE-Angka pemilik hak suara yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (Golput) Pemilu 2014 mendatang di Probinsi Bengkulu diprediksi meningkat dari 30-an persen menjadi 40-an persen. Penyebabnya, meningkatnya situasi antipati masyarakat terhadap elit politik serta makin berubahnya pola pikir masyarakat yang cenderung melihat untung dan rugi dalam menentukan pilihan. Hal ini diungkap pengamat politik Unib, Lamhir Syam Sinaga, kemarin (10/6). \"Sekarang saja sudah 30 persen. Penyebabnya, banyak elit politik yang hanya menyampaikan janji, tapi kemudian malah menuntut fasilitas pribadi ketimbang kepentingan rakyat,” katanya menganalisa. Menurut Lamhir, faktor berikutnya yang mendongkrak angka Golput, adanya perubahan di tengah masyarakat yang dulunya organis, akrab dan emosional. Sekarang menjadi mekanis, yang mulai memperhitungkan untung dan rugi. Politik sekarang sudah dianggap menjadi komoditas. Adanya political cost menjadi wajar, karena elit politik lebih cenderung ke demokrasi politik dan belum ke demokrasi ekonomi. Sementara rakyat membutuhkan lapangan kerja dan kesejahteraan. Supaya tidak kehilangan suara dalam Pemilu nanti, kata Lamhir, Parpol harus bisa melakukan pendekatan politik secara intensif. “Jangan lagi hanya menjual tampang. Sebab, masyarakat sekarang sudah mulai berpikir rasional dan butuh bukti nyata yang bekerja untuk rakyat,” tambahnya. Hal senada dipaparkan politisi PAN, Dr Ahmad Badawi Saluy. Menurutnya, kekecewaan publik terhadap pemerintah yang tidak pro rakyat, membuat masyarakat kehilangan kepercayaan. Akibatnya, banyak pemilik  hak suara lebih memilih untuk tidak memilih, lantaran memberikan hak pilih dinilai tidak akan mengubah situasi. \"Kita melihat, keinginan masyarakat menggunakan hak pilihnya cenderung menurun. Golput di 2014 diperkirakan lebih banyak dari Pemilu sebelumnya. Gejala ini sekarang berkembang di seluruh daerah,\" kata politisi yang juga peneliti Pusat Studi Sumber Daya Manusia Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu. Ditambahkannya, kasus korupsi yang menimpa elit-elit parpol akhir-akhir ini turut menyumbang penurunan kepercayaan publik terhadap Caleg yang diusung parpol dalam Pemilu nanti. Kondisi tersebut, jelasnya, menyulitkan Parpol untuk bergerak, menghimpun suara agar calon yang diusung menjadi terpilih. Akibatnya, money politic menjadi cara yang paling mungkin dipilih politisi untuk meraih kursi. \"Money politic diprediksi nanti akan semakin kencang. Soalnya, Parpol juga akan berpikir, percuma mereka tebar pesona melalui jargon dan baliho-baliho. Karena itu, Parpol harus bisa berperan maksimal dengan menunjukkan kinerja politik yang baik dan pro rakyat untuk mengembalikan kepercayaan publik,\" imbuhnya. (cw6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: