SMAN 9 Pungut Rp 60 Juta
RATU SAMBAN, BE- Diawal tahun ajaran baru 2011/2012 lalu, SMA Negeri 9 Kota Bengkulu menerapkan pungutan bagi para calon siswa dan siswi barunya. Walaupun pungutan itu telah dilarang oleh Peraturan Walikota. Namun, pungutan itu tetap diberlakukan. Dengan nilai bervariasi, untuk siswa reguler Rp 2 juta perorang. Berikutnya Rp 2,5 juta untuk siswa yang masuk lewat jalur belakang. Dari pungutan itu SMAN 9 berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 60 juta. Uang ini semestinya dikembalikan pada orangtua/walisiswa yang sudah terlanjur membayarnya. Namun hingga terjadi pergantian kepala sekolah baru, SMAN 9 tetap menahan uang itu alias tidak juga mengembalikan uang pungutan itu pada orangtua/walisiswa. Dibeberkan salah seorang Guru SMAN 9 yang tidak ingin dituliskan namanya pada BE menututurkan, pada awal tahun ajaran baru, SMAN 9 menerima siswa baru sebanyak 4 lokal. Terdiri dari 3 lokal diisi siswa yang lolos sistem online, dan satu lokal khusus untuk siswa sisipan alias lewat jalur belakang. Seluruh siswa baru itu dikenakan pungutan, besaranya berbeda antara siswi sisipan,\" Untuk siswi sisipan sebanyak satu lokal dikenakan biaya Rp 2,5 juta/siswa. Sedangkan siswa yang lulus murni dikenakan biaya Rp 2 juta,\" kata sumber BE itu. Dari pungutan itu akhirnya SMAN 9 berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 9 juta. Dana itu awalnya diperuntukkan untuk uang bangunan sekolah. Namun, karena ada intruksi tegas dari Walikota ketika itu masih Ahmad Kanedi,SH,MH tidak memperbolehkan adanya pungutan pada calon siswa baru. Orangtua/walisiswa yang mengetahui adanya peraturan Walikota itu dan terlanjur telah membayar pungutan itu, akhirnya protes. Mereka menuntut uang mereka itu dikembalikan. Namun penyelenggara sekolah tidak mengubrisnya. Uang itu tidak juga dikembalikan. Sekolah beralasan uang itu telah digunakan untuk pembangunan masjid sekolah. Padahal pembangunan masjid itu murni menggunakan hasil bantuan dari dermawan. Masih dikatakan Sumber BE itu, dari pungutan siswa yang terkumpul Rp 60 juta itu, hingga kini tidak jelas penggunaannya. Mirisnya lagi, meski siswa telah menyetorkan sejumlah uang, namun sebagian besar siswa masih harus belajar di laboratorium. Karena ruang kelasnya rusak akibat gempa tahun 2007 lalu, yang tak kunjung diperbaiki. Ditemui ditempat berbeda, Kepala SMAN 9, Choirul M Noer SPd mengatakan, terkait pungutan awal tahun tersebut, ia berencana memanggil seluruh orang tua yang belum memenuhi kewajibannya itu. Dari 120 jumlah siswa yang ada, hanya 30 orang yang telah melunasi iuran awal tahun itu. \"Iuran ini merupakan hasil rapat bersama dengan orang tua murid pada awal tahun lalu,\'\' katanya. Dari rapat itu, disepakatilah menyumbang untuk membangun gedung sekolah yang sudah rusak sejak tahun 2007 lalu. Untuk mencari titik temu dari permasalahan ini, Hari Sabtu (8/6) mendatang akan dilakukan rapat terkait uang pungutan Rp 60 juta tersebut. (128)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: