12 Juta Warga Saudi Masih “Ngontrak”

12 Juta Warga Saudi Masih “Ngontrak”

\"kota-riyadh-arab-saudi\"Siapapun tahu Arab Saudi adalah negara kaya raya. Namun, siapa nyana sebagian besar penduduk negeri Emas Hitam ini belum memiliki rumah sendiri. Menurut data dari Pelayanan Komersial Korporasi Real Estat (CBRE) menyebut 60 persen dari 20 juta penduduk Arab Saudi masih tinggal di rumah atau apartemen sewaan. CBRE adalah sebuah perusahaan properti terbesar di dunia. Namun, menyewa rumah atau apartemen bukan perkara mudah bagi sebagian besar warga Saudi. Sebab, harga sewa rumah kian hari kian mahal terutama di kota-kota besar. Faisal Al-Dakheel (25), seorang warga Saudi yang baru saja menikah, mengeluhkan sulitnya mencari rumah kontrakan dengan harga yang terjangkau. \"Mustahil bagi saya untuk memiliki sebuah rumah. Bagaimana kami bisa mendapatkan uang sebesar 4,1 juta riyal (sekitar Rp 10,6 miliar) untuk membeli sebuah rumah. Padahal harga semahal itu adalah untuk rumah di pinggiran kota,\" kata Al-Dakheel. Sehingga, lanjut Al-Dakheel, dia harus menyewa sebuah rumah yang harga sewanya juga tak bisa dikatakan murah. Dia harus mengeluarkan uang antara 60.000-80.000 riyal(Rp 155-200 juta) setahun, untuk menyewa sebuah apartemen di pusat kota Riyadh, di dekat tempat kerjanya. \"Tapi harga itu masih terlalu mahal bagi saya. Jadi saya harus menyewa rumah yang jauh dari tempat kerja dengan harga 26.000 riyal (Rp 67 juta) setahun,\" tambah Al-Dakheel. Terdapat sejumlah masalah dalam sektor perumahan di Arab Saudi. Masalah utama adalah minimnya jumlah rumah, terus meningkatnya harga sewa rumah, spekulasi harga tanah, dan proses panjang untuk mendapatkan izin membangun. Pekan lalu, Raja Arab Saudi Abdullah memerintahkan Kementerian Pemerintahan Daerah dan Pedesaan untuk menyerahkan sejumlah lahan yang sudah siap untuk dibangun kepada Menteri Perumahan. Nantinya, lahan itu akan diberikan kepada rakyat ditambah uang pinjaman untuk membangun rumah. Diperkirakan terdapat 4 juta meter persegi lahan kosong hanya di kota Riyadh. Seperlima dari tanah kosong itu dimiliki para pengusaha yang menunggu harga menjulang baru kemudian menjual tanah mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: