Berkunjung Tirta Empul, Landmark Pulau Bali, Simak Lokasi, Daya Tarik, Sejarah dan Rute Perjalanan

Berkunjung Tirta Empul, Landmark Pulau Bali, Simak Lokasi, Daya Tarik, Sejarah dan Rute Perjalanan

Tirta Empul adalah pura air yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu Bali-Pinterest-

Sejarah Tirta Empul 

Berdasarkan naskah Usana Bali, penciptaan Tirta Empul melibatkan mitos pertempuran epik antara raja yang kuat namun jahat bernama Mayadenawa dan Dewa, Bhatara Indra. 

Raja tidak percaya pada Tuhan, dan melarang rakyatnya menyembah Tuhan. Raja tersebut juga berbahaya. Dia memiliki kekuatan spiritual tetapi terlalu mabuk dengan kekuatannya dan sembarangan menggunakannya untuk ilmu hitam. 

Melihat kekacauan tersebut, seorang pendeta bernama Sang Kulputih berdoa kepada Bhatara Indra agar mengakhiri raja jahat tersebut.

Belakangan, Bhatara Indra dan prajuritnya datang menyerang Mayadenawa dan menggulingkannya. Mayadenawa dan pasukannya melarikan diri ke utara sebuah desa yang sekarang dikenal dengan nama 'Tampak Siring'. 

BACA JUGA:Air Terjun Dua Warna, Memiliki Keindahan dan Keunikan Cerita Mistis yang Menyelimutinya

Pada malam hari, ketika pasukan Bhatara Indra tertidur lelap, Mayadenawa menyelinap ke dalam perkemahan mereka dan menciptakan mata air yang indah namun beracun yang akan diminum oleh tentara tersebut setelah bangun tidur. 

Ketika Mayadenawa menyusup ke dalam kamp, ​​ia berjalan dengan menyamping agar tidak meninggalkan jejak kaki inilah yang diyakini sebagai asal muasal nama desa tersebut, 'Tampak Siring', yang artinya 'jejak kaki miring'.

Pagi harinya, Bhatara Indra terbangun dan mendapati anak buahnya tewas diracun. Saat itulah, melalui kekuatannya sebagai Dewa, dia menusuk tanah dengan tongkatnya, menciptakan mata air suci penyembuhan yang suci. 

Air tersebut disemprotkan ke tentara yang mati dan mereka hidup kembali. Sumber air yang dipercaya mempunyai khasiat penyembuhan dan sumber kehidupan ini kemudian dikenal dengan nama Tirta Empul.

Mengetahui rencananya gagal, Mayadenawa mencoba mengubah dirinya menjadi berbagai makhluk berbeda tetapi tidak berhasil, karena Bhatara Indra terus mengejarnya. 

BACA JUGA:Villa So Long, Rekomendasi Penginapan Terbaik di Banyuwangi Jawa Timur

Ketika akhirnya dia mengubah dirinya menjadi batu besar, Indra menembakkan panah ke dalamnya, dan akhirnya membunuh raja jahat itu. 

Darah Mayadenawa yang mengalir dari bongkahan batu diyakini membentuk Sungai Petanu, dan selama lebih dari seribu tahun, sungai tersebut dikutuk sehingga membuat padi tumbuh dengan cepat, namun memiliki bau darah yang sangat menyengat. 

Umat ​​​​Hindu Bali memperingati wafatnya Mayadenawa setiap 210 hari dalam penanggalan adat Bali sebagai hari dimana Kebajikan menang atas Kejahatan dalam ritual dan upacara yang disebut Galungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: