Melestarikan Aksara Kaganga Suku Rejang

Melestarikan Aksara Kaganga Suku Rejang

Warga Bengkulu dalam proses menjelaskan aksara Rejang. -(ANTARA/ Muhammad Izfaldi)-

Penggunaan Aksara Kaganga dan bahasa Rejang saat ini oleh masyarakat lokal mulai jarang. Hal ini terjadi seiring kemajuan zaman serta masuknya penduduk dari luar ke daerah itu sehingga mempengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari.

Aksara Kaganga dan bahasa Rejang hanya digunakan masyarakat lokal pada upacara pernikahan, penyambutan tamu, maupun pada peringatan HUT Kota Curup, Ibu Kota Rejang Lebong, yang dilaksanakan setiap tahun. Pada HUT itu, selain dilakukan prosesi adat juga lomba menulis Aksara Kaganga.

Alat Peraga

Upaya pelestarian Aksara Kaganga juga dilakukan kalangan pencinta seni budaya Rejang Lebong dengan menciptakan alat peraga berupa alfabet berikut tanda bacanya yang bisa dibongkar pasang agar memudahkan orang yang belajar menulis Aksara Kaganga.

Alat peraga itu diciptakan Wimmy Hartawan, pegiat Aksara Kaganga di Kabupaten Rejang Lebong. Dalam waktu dekat ini, ia meluncurkan aplikasi komputer dengan Aksara Kaganga.

Alat bantu belajar Aksara Kaganga yang diciptakan itu sudah ada beberapa paket yang dibagikannya kepada guru SD dan SMP itu guna memudahkan mereka mengajar mulok Aksara Kaganga di sekolah masing-masing.

Pengenalan alat peraga pembelajaran Aksara Kaganga difasilitasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung yang dilaksanakan di Desa Perbo, Kecamatan Curup Utara.

Menurut Nurningsih, pegiat Aksara Kaganga yang juga guru Aksara Kaganga di wilayah itu, dalam mengajarkan aksara suku Rejang Lebong ini selain menggunakan alat peraga juga melalui buku panduan Aksara Kaganga untuk SD/MI di Kabupaten Rejang Lebong.

"Orang tuanya orang Rejang, bapak-ibunya orang Rejang tetapi generasi muda tidak berbahasa Rejang sehingga bahasanya hampir punah, apalagi aksaranya," ujar perempuan 61 tahun itu.

Buku panduan Aksara Kaganga karya Nurningsih diterbitkannya dengan biaya sendiri. Pensiunan guru SDN 10 Rejang Lebong itu selama 20 tahun mengajar dan mengenalkan Aksara Kaganga di Kabupaten Rejang Lebong dan daerah lainnya Provinsi Bengkulu.

Buku panduan itu terbagi dua jilid. Jilid pertama untuk kelas 1, 2, dan 3, kemudian jilid kedua untuk kelas 4, 5, dan 6.

Di buku panduan ini lebih lengkap karena ada buah tua, tanda bunyi, huruf bimbang yang digunakan dalam Bahasa Rejang.

Buku panduan yang diproduksi massal sejak 2021 itu juga berisi cerita, kata-kata, kalimat, pantun, puisi, dan lagu-lagu daerah suku Rejang.

Buku panduan yang dikarangnya itu sendiri diapresiasi Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat berkunjung di Desa Wisata Belitar Seberang, Kecamatan Sindang Kelingi pada tahun lalu. Salah satu buku panduan Aksara Kaganga itu ditandatangani Sandiaga Uno.

Warisan Budaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: