Irman Sawiran SE
Wakil Ketua I DPRD Kota Bengkulu Berjiwa Tegas, Santai dan Bersahaja TEGAS, namun santai dan bersahaja. Tiga kata inilah yang melekat dengan sosok Wakil Ketua I DPRD Kota Bengkulu, Irman Sawiran SE. Ketiga sifat itu membuatnya dikenal sebagai wakil rakyat yang vokal dan lantang, namun tetap piawai dalam merangkul lawan-lawan politiknya demi mewujudkan kepentingan masyarakat umum. Dengan pembawaannya yang santai dan bersahaja itu membuat Irman gampang bergaul dengan siapa saja.
Anak ketiga dari enam bersaudara ini lahir di Desa Lingge, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan pada 10 Oktober 1970. Disini lah ia bersekolah hingga kelas 3 SD. Untuk meningkatkan taraf hidup keluarga, pada usianya yang ke 12, tepatnya pada Tahun 1982, Irman diajak oleh orangtuanya merantau ke Bengkulu. Karena awalnya ia tinggal di Sentiong, Irman kecil di sekolahkan di SDN 22 Pasar Minggu. Ia selalu ditemani orangtuanya saat berangkat ke sekolah, karena memang tempat itu tak jauh dari tempat ayahnya berdagang.
Profesi orangtuanya yang berdagang dan sekolahnya yang sangat dekat dengan pusat perbelanjaan di Kota Bengkulu itu ternyata memberikan pengaruh yang besar kepada Irman muda. Secara alamiah, bakat-bakat dagang sang ayahanda mengalir dalam darahnya. Dikemudian hari, ia pun akhirnya mengikuti jejak langkah sang ayah dengan menjadi pedagang yang handal dan menggantikan peran sang ayah untuk menafkahi hidup keluarga.
Setelah menamatkan sekolah di SMAN 2 Kota Bengkulu, ayahnya meninggal. Meski ia anak ketiga, namun ia sedikit pun tak sungkan untuk mengambil alih perjuangan sang ayah dalam menafkahi keluarga. Dengan bakat dagang yang mengalir di nadinya, Irman muda melanjutkan usaha sang ayah dalam bidang bisnis depot kayu dan bahan bangunan. Karena inilah satu-satunya usaha yang diandalkan oleh keluarganya. Ia melakukan ini dengan mengorbankan pendidikannya sendiri sementara waktu.
Meski sempat mengalami jatuh-bangun, berkat tangan dingin dan jiwa pemimpin yang ia miliki, Irman ternyata mampu mengelola bisnis warisan ayahnya itu dengan cukup baik. Ia sangat berperan dalam menyekolahkan saudara-saudaranya hingga lulus dan menikah.
Namun ditengah keberhasilan-keberhasilan semacam itu, sesekali Irman terkadang merasa jenuh dengan usaha yang ia geluti. Setelah ia kaji-kaji, ternyata kejenuhannya itu bersumber pada kesendirian hidup yang ia jalani. Akhirnya, Irman mulai mencari pendamping. Ia membutuhkan sosok perempuan yang mau diajak untuk berbagi, baik dalam suka maupun duka.
Ia lantas menyampaikan niatnya kepada Ustadz Dani Hamdani MPd. Hingga dipenghujung tahun 1994, oleh Ustadz Dani ia diperkenalkan dengan seorang perempuan yang manis dan solehah, Triyanti SP. Cintanya pun berlabuh pada Triyanti, yang baginya, sangat memahami posisinya sebagai sosok suami yang menjalankan bisnis keluarga.
Seiring perjalanan waktu, setelah menghantarkan semua saudaranya menikah dan memiliki keluarganya sendiri-sendiri, Irman telah menunaikan amanah untuk mengelola bisnis keluarga. Pada tahun 2002, bersama istrinya, Irman mulai mengepakkan sayap bisnisnya sendiri. Kepiawaiannya dalam memanjemen usaha dengan baik, turut menghantarkan kesuksesannya dalam bidang politik. Buktinya, meski pada tahun 2004 ia dicalonkan oleh Partai Keadilan Sejahtera dengan nomor urut 3, ia terpilih menjadi anggota DPRD Kota Bengkulu Periode 2004-2009.
Diberikan amanah sebagai Wakil Rakyat tak membuat Irman lengah. Dari sepak terjangnya dan berkat kerja kolektif, ia bersama rekan-rekannya berhasil memperjuangkan honor bagi para kepala Rukun Tangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Tak hanya itu, dalam masa jabatannya itu, ia juga turut memperjuangkan agar para khotib, imam dan seluruh pekerja keagamaan mendapatkan honor semacam itu.
Pengalaman paling berkesan dalam hidupnya adalah saat ia memperjuangkan tanah warga di Komplek Perumahan Guru, Lingkar Barat. Kejadian itu berlangsung pada 2007-2008 yang lalu saat ia menjabat sebagai Ketua Komisi II DPRD Kota. Saat itu tanah yang mereka tempati adalah tanah milik Pemda Kota. Karena ingin diambil alih, warga pun protes.
\"Warga mengeluh kepada saya bahwa sengketa itu terjadi sudah sejak bertahun-tahun lamanya. Dari satu walikota ke walikota yang lain tak ada yang sanggup menyelesaikan konflik antara mereka. Saat itu saya jawab, baiklah, beri saya waktu 3 bulan,\" kenang Irman kepada wartawan media ini yang mengunjunginya di kediaman dinasnya, kemarin.
Irman kemudian mengerahkan segenap relasi dan kemampuan yang ia miliki untuk meluluskan permintaan warga. Ia menemui walikota, kepala dinas pendidikan, dan semua stakeholder yang terkait dengan itu. Ia dengan gigih menjelaskan bahwa warga telah menempati tanah tersebut selama lebih dari 20 tahun. \"Mereka bahkan ada yang lahir dan besar serta beranak-pinak disana. Bisa dibilang, kawasan itu dibangun oleh keringat para warga yang hendak di usir Pemda Kota itu,\" jelasnya.
Namun berkat kegigihannya, akhirnya Pemda Kota bersedia menyerahkan lahan tersebut kepada warga. Tepat seperti yang ia janjikan selama 3 bulan ia perjuangkan. Pada pemilihan umum legislatif 2009, warga disepanjang kawasan Komplek Perumahan Guru itu menghadiahkannya banyak sekali suara yang mengantarnya kembali terpilih sebagai anggota legislator 2009-2014.
Dengan semua kesibukannya itu, Irman selalu menyempatkan diri untuk mengurus rumah tangganya. Melalui nilai-nilai disiplin dan kasih sayang seorang ayah yang utuh, ia mengajarkan anaknya untuk senantiasa mandiri.
Tiga dari 4 anaknya, ia sekolahkan ke luar kota setelah menyelesaikan sekolah dasar mereka. \"Anak yang pertama SMAIT Assyifa Boarding School, Subang. Anak kedua di SMPIT Alkahfi, Sukabumi. Anak ketiga di SMPIT Tahfidzh Darul Qur\'an, Serpong. Sementara si bungsu, baru duduk di kelas 3 SDIT Iqra\', Kota Bengkulu.
Kenapa saya menyekolahkan mereka keluar? Pertama agar mereka disiplin dan mandiri. Kedua agar mereka bisa membawa karakter dan ciri khas mereka masing-masing yang unik saat kembali disini,\" pungkasnya. (Rudi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: