Ini Dia Filosofi Wanita Menurut Primbon Jawa

Ini Dia Filosofi Wanita Menurut Primbon Jawa

Dalam peradaban tradisional Jawa, kata ini sering dibeberkan sebagai akronim dari kata Putus Tri Perkawis, yang menunjuk kepada purna karya perempuan dalam kedudukannya sebagai putri.--

BACA JUGA:Ingin Doa Langsung Sampai ke Langit, Buya Yahya Sarankan Doakan Orang ini

Salah satunya adalah ketidak tegasan, bentuk "ewoh-pekewoh wong Jowo" yang dikenal penuh basa-basi. Apalagi dengan bagaimana perempuan dicitrakan dalam karya-karya sastra Jawa kuno. Misalnya dalam Kitab Clokantara disebutkan:

Tiga Ikang abener lakunya ring loka/ iwirnya/ ikang iwah/ ikang udwad/ ikang janmasri// yen katelu/ wilut gatinya// yadin pweka nang istri hana satya budhinya/ dadi ikang tunjung tumuwuh ring cila//

Artinya: Tiga yang tidak benar jalannya di bumi yaitu sungai, tanaman melata, dan wanita. Ketiganya berjalan berbelit-belit. Jika ada wanita yang lurus budinya akan ada bunga tunjung tumbuh di batu.

Jelas bagaimana wanita dicitrakan dalam kalimat tersebut. Bahwa wanita disamakan dengan sungai dan tanaman melata yang berbelit-belit. Dan adalah ketidakmungkinan wanita untuk bisa mempunyai pendirian. Karena tidak akan ada bunga tunjung yang tumbuh di batu.

BACA JUGA:Hajat Terkabul dan Rezeki Lancar, Ustadz Adi Hidayat Sarankan Baca Surah ini 17 Kali Sehari

Juga tentang bagaimana perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam Serat Paniti Sastra:

Wuwusekang wus ing ngelmi/ kaprawolu wanudyo lan priyo/ Ing kabisan myang kuwate/ tuwin wiwekanipun/..

Artinya: Katanya yang telah selesai menuntut ilmu, wanita hanya seperdelapan dibanding pria dalam hal kepandaian dan kekuatan serta kebijaksanaanya.

Jadi dalam kalimat di atas ada ketidaksetaraan antara pria dan wanita. Walau mungkin kenyataannya bisa jadi demikian, tapi menurutku wanita kudu diberi kesempatan sama dengan laki laki.(**)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: