Mengapa Harus Menyertakan Kata 'Sayyidina' saat Menyebut Nama Nabi? Ini Dia Alasanya

Mengapa Harus Menyertakan Kata 'Sayyidina' saat Menyebut Nama Nabi? Ini Dia Alasanya

Adapun kelompok yang menambahkan kata sayyidinâ mereka tidak hanya melihat pada satu dalil hadits di atas namun juga memperhatikan banyak dasar dan alasan yang mendukungnya.--

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: Saya adalah sayid (tuan)-nya anak Adam di hari kiamat. (Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi, Shahîh Muslim, [Indonesia: Maktabah Dahlan, tt.], juz IV, halaman: 1782)

Dalam riwayat yang lain--sebagaimana dituturkan Imam Nawawi dalam Al-Minhaj—ada tambahan kalimat wa lâ fakhra (tidak sombong) untuk menjelaskan bahwa penuturan Rasul tentang ke-sayyid-annya bukan sebagai sikap kesombongan. Pernyataan Rasulullah tentang ke-sayyid-annya ini disampaikan kepada umatnya sebagai rasa syukur kepada Allah atas pemberian nikmat berupa kedudukan yang agung ini. Sebagaimana Allah memerintahkan agar menceritakan nikmat yang diberikan-Nya kepada orang lain; Wa ammâ bi ni’mati rabbika fa haddits. Pengakuan Rasulullah ini menjadi perlu agar kita sebagai umatnya memahami pangkat dan kedudukan beliau kemudian memperlakukan beliau sebagaimana mestinya serta mengagungkannya sesuai dengan pangkat dan kedudukannya yang tinggi itu. (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Minhâj, [Kairo: Darul Ghad Al-Jadid, 2008], jil. VIII, Juz XV, halaman: 36)

BACA JUGA:REZEKI NOMPLOK! Dompet Digital Cair Saldo DANA Rp100.000, Copas Link ini

Sementara Allah di dalam surat Al-Fath ayat 8-9 menyatakan: 

 إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Agar kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengagungkan dan memuliakannya.

Setidaknya dengan hadits dan ayat di atas menjadi layak dan semestinya bila sebagai umat memuliakan dan mengagungkan Rasulullah dengan menyertakan kata saayyidinâ saat bershalawat dan menyebut nama beliau. Rasulullah memang tidak menuturkan kata itu saat mengajari para sahabat perihal bacaan shalawat, namun sebagai umat tidakkah bersikap tahu diri dengan bersopan santun kepadanya?

BACA JUGA: Menyusuri Goa Dinding Lonceng di Kedurang Bengkulu Selatan, Cocok untuk Kamu yang Suka Bertualang

Sebagai gambaran kecil, ketika seorang yang jauh lebih tua usianya atau seorang yang semestinya dihormati oleh kita memperkenalkan diri dengan menyebut namanya saja akankah kemudian kita memanggilnya dengan hanya menyebut namanya saja sebagaimana yang ia kenalkan, tanpa tambahan kata Bapak atau Ibu sebagai bentuk sopan santun dan penghormatan kepadanya? Tentu tidak!

Maka, bila sekadar kepada orang yang lebih tua saja kita mesti menghormatinya dengan panggilan yang layak, bagaimana dengan Rasulullah yang kedudukan dan kemuliannya sangat diagungkan oleh Allah? Ketika orang lain melecehkannya kita begitu marah, lalu mengapa untuk sekadar memanggil dan menyebutnya secara mulia kita enggan melakukannya? (**)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: