Petani Disarankan Tahan Penjualan Kopi
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Petani kopi yang ada di Provinsi Bengkulu disarankan menahan menjual kopi miliknya. Mengingat saat ini harganya sedang mengalami penurunan yang terjadi sejak awal 2019. Harga kopi sempat menyentuh Rp 23 ribu per kilogram menurun menjadi hanya Rp 17 ribu per kilogram.
\"Kalau bisa jangan dijual secara keseluruhan. Jual dulu sedikit-sedikit untuk mencukupi kebutuhan sampai harga kopi kembali naik,\" kata Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu Ir Ricky Gunarwan, kemarin (4/8).
Ia mengaku, penurunan tersebut tidak hanya disebabkan harga kopi dunia yang mengalami penurunan akan tetapi pabrik pembeli kopi di beberapa daerah di luar Provinsi Bengkulu, saat ini sementara menurunkan hasil produksi, sehingga melakukan pembatasan kuota untuk membeli kopi dari petani.\"Diperkirakan mungkin usai Agustus 2019, harga kopi kembali naik dan masyarakat sudah bisa coba kembali menjual,\" terang Ricky.
Sementara itu, Ketua Serikat Tani Bengkulu Muspani mengatakan, petani kopi di Bengkulu mengeluhkan harga kopi yang turun cukup signifikan. Alih-alih menahan penjualan, petani terpaksa menjual karena dibebani biaya sekolah anak saat ajaran baru. Akibatnya, hasil kopi yang baru dipanen langsung dijual dengan harga rendah.\"Rata-rata petani kopi di Bengkulu sudah menjual kopinya. Ya, mau bagaimana lagi, anak sekolah butuh uang yang tak sedikit, sementara hasil kopi sudah bisa dijual, terpaksa untuk tidak menunda dulu,\" kata Muspani.
Momentum ajaran baru masuk sekolah pada tahun ini datang disaat perkebunan kopi sedang memerah. Kondisi ini juga bertepatan dengan panen kopi sejumlah daerah penghasil secara bersamaan, sehingga distribusi ke pasar lokal harganya cukup murah.\"Kami berharap agar kopi di Bengkulu memiliki harga yang baik, pasar bisa normal kembali, tentunya juga dibantu dengan peran pemeritah,\" ujar Muspani.
Ia mengatakan, imbas dari anjloknya harga ini adalah kepada para petani. Panen di sejumlah wilayah penghasil membuat spekulan juga bermunculan. \"Kami sedang identifikasi detil masalahnya, idealnya petani harusnya menahan dulu penjualan kopi, hanya saja untuk sama-sama mengatasi masalah ini perlu proses, saat ini penjualan masih dilakukan sendiri-sendiri,\" katanya.
Ia membeberkan, pihaknya saat ini sedang mendorong kelembagaan agar para petani kopi di Bengkulu lebih kuat dan tidak dikendalikan oleh mekanisme pasar. Sementara itu, untuk ekspor dari Bengkulu saat ini masih sangat kecil karena para penjual langsung ke eksportir seperti di Lampung dan Medan, hal inilah nantinya yang akan dicari solusi bersama, agar harga kopi ini bisa stabil. \"Kita berharap harga kopi di Bengkulu bisa kembali stabil,\" tutupya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: