17 Kelurahan Dilanda Banjir

17 Kelurahan Dilanda Banjir

\"\"Waduk Solusi Atasi Banjir

BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Sejak tahun 1989 musibah banjir yang melanda masyarakat Kota Bengkulu khususnya di kelurahan Tanjung Agung dan Tanjung Jaya, tak bisa terselesaikan.  Hal ini dikarenakan kawasan tersebut merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang pada dasarnya tidak diperbolehkan untuk dijadikan pemukiman, namun seiring waktu berjalan banyak masyarakat yang mendirikan rumah permanen dan saat ini mencapai raturan Kepala Keluarga (KK).

Meski saat ini Pemerintah Kota Bengkulu melalui Dinas terkait seperti BPBD, Dinsos, PUPR dan dibantu oleh stakeholder lainnya melakukan penanggulangan, musibah ini akan tetap terus terulang setiap tahunnya.  Diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) kota, Syafriandi ST MSi salah satu solusi yang untuk sementara ini dianggap efektif mengatasi banjir adalah dibuatkan waduk besar seluas 11 hektare yang tujuannya untuk menampung debit air sungai ketika dilanda musim hujan deras.

Sehingga, aliran sungai tersebut tidak meluap ke pemukiman warga setempat. \"Kita sudah memikirkan sejak tahun 2017, dan sudah melakukan rapat 5 kali dengan warga. Dan permintaan Pemkot hanya satu, supaya warga merelakan sebagian lahan mereka untuk dibuatkan kolam retensi/waduk. Dan ini bukan kepentingan pemerintah tetapi untuk kebaikan masyarakat itu sendiri,\" kata Syafriandi, kemarin (14/12).

Menurutnya, persoalan banjir di kawasan tersebut akan sulit terselesaikan jika tidak dibuat waduk, karena kondisi pemukiman warga lebih rendah dibanding bibir sungai, sehingga setiap hujan pasti akan terjadi banjir terus menerus.

\"Setelah kita buat waduk nanti itu menjadi kolam wisata yang dikelolah oleh masyarakat yang memiliki tanah. Jadi saya sangat berharap warga Tanjung Jaya dan Tanjung Agung berbesar hati untuk memberikan lahan ini dijadikan waduk, Insyallah kalau mau di 2019 akan kita buatkan, dan insyallah di tahun 2020 tidak akan terjadi banjir lagi,\" sampai Andi sapaan akrabnya.

Rencana ini dibenarkan oleh Walikota, H Helmi Hasan SE bahwa pihaknya telah berupaya sejak lama untuk membuat waduk sebagai lokasi serapan luapan air, hanya saja masih terkendala lahan. \"Meskipun demikian, saya meminta partisipasi masyarakat untuk saling menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan,\" tuturnya.

Salah satu warga Tanjung Jaya yakni Rosmina (40) mengatakan bahwa banjir ditahun ini menjadi yang terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena ketinggian air hampir menutupi hingga atap rumah.  Sebagai warga setempat ia berharap agar pemerintah bisa menyelesaikan soal banjir ini, karena kerugian yang dialami warga sudah cukup banyak. Dan terkait rencana waduk tersebut, ia mengaku tidak memiliki tanah melainkan hanya seluas bangunan rumah saja, untuk itu ia berharap jika waduk merupakan solusi maka pemkot harus bisa membujuk orang-orang yang memang memiliki sisa tanah/lahan di dekat sungai tersebut.

\" Kami tidak mau kalau dipindah, karena dari nenek moyang kami sudah disinilah. Tapi kalau bisa perbaiki dulu siring-siring yang sudah banyak tersumbat, dan perlu juga pengerukan agar tidak dangkal,\" ucapnya.

Sementara itu, Nopri (38) salah satu warga lainnya menuturkan bahwa dibanding membuat waduk yang belum tahu kapan bisa direalisasikan, lebih baik pemerintah memperbaiki terlebih dahulu saluran air di 4 titik jembatan sepanjang Jalan Irian ini. \"Kalau banjir memang sudah biasa dari dulu, paling kita minta penanggulangannya lagi dari pemerintah setidaknya, air tidak terlalu tinggi masuk ke rumah,\" imbuhnya.

17 Kelurahan Dilanda Banjir

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bengkulu mencatat setidaknya ada 16 kelurahan yang dikepung banjir, seperti Padang Serai, Kebun Tebeng, Lempuing, Tanjung Agung, Tanjung Jaya, Sukamerindu, Semarang, Surabaya, Kampung Bahari, Sungai Rupat, Pekan Sabtu, Sawah Lebar, Sawah Lebar Baru, Kandang, Padang Kemiling, Bentiring dan Betungan.

\" Salah satu yang paling parah di Kelurahan Sukamerindu di RT 8 dan RT 4, dan kita sudah menurunkan anggota termasuk perahu kita stanbay untuk evakuasi, termasuk mengevakuasi beberapa motor dan hewan ternak,\" kata Kepala BPBD kota, Selupati SH, kemarin (14/12).

Rata-rata ketinggian air mulai dari 0,5 meter hingga 1,5 meter seperti yang dialami sebanyak 302 rumah di Kelurahan Tanjung Agung.  Untuk memastikan ketersediaan makanan bagi para korban banjir, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Sosial, TNI dan Polri untuk membuka posko darurat di beberapa titik terparah, sekaligus dapur umum yang menyediakan makanan bagi warga yang tidak bisa lagi memasak akibat banjir.

\" Relawan kita sudah menyebar setiap kecamatan pasti ada titik banjir, kini kami dapat informasi bahwa ada banjir di Lempuing, Rawamakmur, Pinang Mas, maka tadi tim sudah kita siagakan dan penyaluran logistik yang dibutuhkan,\" jelas mantan Kepala Dinas Perhubungan kota ini.

Walikota Bengkulu Helmi Hasan SE mengungkapkan bahwa Pemkot melalui dinas terkait telah sigap mengatasi musibah banjir tersebut, dan proses ini akan terus berlangsung hingga kondisi benar-benar membaik. Tak hanya itu, Dinas Kesehatan melalui petugas-petugas Puskesmas juga standby, begitupun dengan Dinas PU Kota Bengkulu juga telah bergerak melakukan upaya sesuai tupoksi masing-masing.

\" Dinas Sosial yang telah mendistribusikan bantuan kepada warga korban banjir, BPBD dan juga telah membangun posko dan dapur umum di Tanjung Agung, samping pintu air. Dinas PU juga telah menurunkan alat berat untuk melakukan pengerukan dan pelebaran siring seperti di Pinang Mas,\" ujar Helmi.

Terpisah, Kepala Dinas Sosial Kota Bengkulu, Ir Syahrul Tamzie mengungkapkan, sejak kamis lalu sampai saat ini pihaknya telah mendistribusikan bantuan ke warga yang terkena musibah banjir.

Bentuk bantuan yang diberikan di antaranya beras, minyak sayur, matras, sarden kaleng, dan mie instan.\"Bantuan kita drop per posko, yaitu di kantor lurah. Di antaranya Sukamerindu, Rawamakmur, Rawamakmur Permai, Pematang Gubernur, Bentiring, dan Semarang,\" terang Syahrul.

Sekretaris Daerah Kota Bengkulu, Marjon MPd bersama para asisten dan kepala OPD meninjau lokasi banjir di Tanjung Agung, dan berkeliling meninjau beberapa titik banjir lainnya sekaligus memahami apa-apa yang harus dibenahi untuk meminimalisir potensi banjir tersebut.  \" Pemerintah sudah melakukan tindakan yakni menyelematkan warga, kemudian posko-posko kesehatan, dapur umum, tenda-tenda untuk masyarakat mengungsi sementara waktu,\" papar Marjon.

PU turunkan 5 Alat Berat Gali Drainase

Untuk mengurangi ketinggian air yang menggeni rumah-rumah warga, Dinas PUPR kota menurunkan 5 alat berat seperti ekskavator untuk menggali siring sementara, dengan harapan bisa menjadi jalan bagi air untuk bisa surut. Selain itu pengerukan drainase yang tersumbat oleh sampah-sampah, yang memang sampah itu dari warga sendiri karena membuang sembarang.

\" Ada sendimen itu kita angkat baik itu sampah maupun pasir. Kemudian, ada beberapa yang kita buatkan drainase secara manual sementara. Disisi lain kami pemerintah mengharapkan untuk sama-sama kita menjaga buanglah sampah pada tempatnya. Kemudian jika ada siring yang tersumbat atau rusak silahkan laporkan ke Dinas PUPR Kota Bengkulu,\" ucap Kepala Dinas PUPR, Syafriandi ST MSi.

Rohidin: Perlu Penanganan Serius

Sementara itu, Gubernur Bengkulu Dr H Rohidin Mersyah MMA langsung menyisir beberapa titik lokasi banjir di wilayah Kota Bengkulu. Penyisiran itu dimulai dari pukul 01.00 WIB Jumat (14/12) malam. Mulai dari wilayah Tanjung Agung yang berdampak banjir paling parah di rumah-rumah warga. Lalu wilayah Rawa Makmur hingga ke daerah pesisir pantai di Kota Bengkulu. Kondisi banjir yang kian parah itu, membuat Rohidin bersama Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi kembali menyiri di pagi hari pukul 06.00 WIB dilokasi yang sama.

Hasilnya bajir yang berimbas ke rumah warga itu semakin parah. Dalam kesempatan itu, Rohidin mengaskan, penanganan bajir ini harus dilakukan secara serius. Warga yang menjadi korban banyak harus segera dilakukan pertolongan.  \"Kejadian banjir ini sudah sangat parah. Perlu ditangani secara serius,\" ujar Rohidin kepada Bengkulu Ekspress, kemarin (14/12).

Untuk penanganan awal, semua warga yang menjadi korban harus diberikan pertolongan pertama, seperti membuat dapur umum. Kemudian siagakan perahu karet diwilayah banjir. Terpenting, bantuan logistik harus terjamin, baik itu makanan maupun selimut untuk warga. \"Saya sudah minta, dapur umum ini bisa ditambah. Pemprov cuma ada 1 itu masih kurang. Kota harus bergerak untuk buat juga,\" tambahnya.

Dari hasil pantuan itu, Rohidin melihat ada beberapa hal penyebab terjadinya banjir besar yang berimbas kepada ratusan hingga ribuan rumah warga kebanjiran. Seperti belum maksimlanya dranase yang telah dibangun. Drenase-drenasi itu sangat tidak bagus, hingga tidak berfungsi.  \"Drenasenya tidak berjalan. Kedepan itu harus dirancang secara serius. Penanganan permanan ini penting,\" papar Rohidin.

Tidak hanya itu, solusi jangka panjang seperti relokasi rumah warga yang terkena imbas banjir itu bisa dilakukan. Namun demikian, menurut Rohidin, hal tersebut hanya sebatas wancana. Karena sejak tahun 1980 solusi itu ada, tapi belum bisa direalisasikan. \"Relokasi itu sejak tahun 80, tapi belum berhasil sampai sekarang,\" pungkasnya.

WALHI: Sedimentasi Semakin Parah.

Dede Frastien, Manager Kampanye Industri Ekstraktif Walhi Bengkulu \"Banjir yang dirasakan Kota Bengkulu harus dilihat secara komprehensif dari Hulu, Tengah dan Hilir. Di Hulu tingkat kerusakan Kawasan Hutan sudah semakin parah akibat eksploitasi batu bara yg semakin tidak manusiawi akibatnya Kawasan yang merupakan kawasan lindung/resepan air tidak berfungsi lagi, dan sampah rumah tangga yg sering di buang kedalam sungai dan juga batu bara yang masuk ke dalam sungai yg tidak.

\"Bisa terbendung lagi menyebabkan sidimentasi DAS air Bengkulu semakin hari semakin parah, terakhir di bagian hilir hamlir tidak ditemukan lagi kawasan resapan air sehingga tidak mampu membendung derasnya dorongan air sungai dari hulu dan menyebabkan banjir setiap hujan tiba, \" katanya.

Dia mengatakan, banjir ini bukan bencana alam, tetapi ini adalah bencana ekologis yg di ciptakan oleh manusia yg tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kerugian terhadap lingkungan dan masyarakat yg terkena dampak.  \"Ini merupakan pelajaran kita bersama bahwa sangat di perlukan nya Tata Kelola Lingkungan Hidup dan kehutanan yg berkelanjutan, secara komprehensif dari Hulu, tengah dan hilir,\" jelasnya.(151/805)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: