BERMANI ILIR, Bengkulu Ekspress - Musim penghujan bukan hanya menyebabkan kebanjiran, namun juga menyebabkan kalangan petani cabai merugi. Sebab, tanaman cabainya menjadi busuk dan tidak dapat dipanen.
Selain itu juga berpengaruh pada proses pengolahan lahan pertaniannya.
Diungkapkan Nuri (30), petani cabai Desa Bukit Menyan Kecamatan Bermani Ilir Kepahiang, bila dirinya harus mengeluarkan dana lebih besar saat ini. Karena dengan kondisi hujan mengakibatkan tanah menjadi lekat dan biaya pengelolahan menjadi lebih tinggi. \"Kendala lainnya kita juga kesulitan untuk menggarap lahan, karena tidak bisa keluar karena hari hujan,\" ujarnya ditemui di lahan perkebunannya, kemarin (22/11).
Selain itu Nuri juga mengaku, bila kalangan petani di desanya kesulitan dalam mendapatkan bibit. Karena selama menggarap lahan tak pernah mendapatkan bantuan bibit dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kepahiang melalui Dinas Pertanian.
\"Kalau saya sama sekali belum pernah mendapatkan bantuan bibit ataupun pupuk, kita sediakan sendiri bibitnya,\" ujar Nuri.
Menurutnya, untuk menggarap lahan perkebunan cabai seluas setengah hektar pihaknya harus mengeluarkan modal hingga sebesar Rp 15 juta.
\"Satu rol itu biaya Rp 3 juta, sedangkan untuk setengah hektar ini membutuhkan 5 rol untuk keselurahan,\" tuturnya.
Kondisi sulit, menurutnya, menjadi bertambah bila harga jual cabai saat panen tiba sangat murah. Sedangkan saat musim tanam harga melambung hingga Rp 80 ribu perkilonya. \"Kalau saat musim tanam seperti sekarang ini tentunya cabai yang banyak beredar itu bukan hasil pertanian lokal dan tentunya dari luar. Kalau saya sejauh ini paling dapat harga Rp 15 ribu perkilonya,\" tutup Nuri. (320)