Justru, kata dia, perubahan kurikulum dalam waktu sangat singkat ini mengasumsikan arah pendidikan nasional belum jelas. Sebaiknya,saran dia, perubahan ini kalau mau jawab tantangan masa depan, harus diubah mulai dari tatanan filosofisnya. Kalau tidak maka tidak akan ada pengaruh yang besar bagi pendidikan nasional.
\"Kecuali yang terjadi adalah, akan ada kesibukan pada proyek perbukuan dan pelatihan guru,\" kata Abduhzen saat berbincang dengan JPNN di Jakarta, Rabu (16/1).
Dia juga mengkritisi masalah persiapan guru untuk pelaksanaan kurikulum baru yang akan dilakukan pemerintah. Menurut dia, pemerintah sudah melakukan pemetaan kompetensi guru melalui UKG (Uji Kompetensi Guru), namun UKG itu terpisah dengan perubahan kurikulum.
Perbedaan ini membuat model diklat guru pada persiapan kurikulum harus disesuaikan dengan model tematik, karena tidak matching antara UKG yang sudah dilakukan secara nasional dengan diklat guru untuk kurikulum 2013 dengan model tematiknya.
Sehingga dia sulit membayangkan seperti apa hasil diklat tersebut nantinya. Apalagi waktu yang disediakan hanya 52 jam pelajaran.
Untuk itu, Abduhzen menilai perubahan konsep kurikulum kalau mau diterapkan serius, pendekatan tematik tidak cukup hanya mengubah teknik dan metodiknya saja, tapi juga harus mengubah pedagogik dan filosofinya.
\"Jadi menurut saya pelatihan yang singkat dan tidak dipahami dasar-dasar pedagogisnya, ragu akan terlaksana dengan sempurna. Apalagi konsep tematik perlu kecermatan khusus,\" pungkas Ketua Departemen Litbang PGRI ini. (Fat/jpnn)
Ragukan Diklat Guru untuk Kurikulum Baru
Rabu 16-01-2013,21:45 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :