Suasana lingkungan SMAN 10 Bengkulu Selatan yang berada di Desa Padang Jawi Kecamatan Bunga Mas, Senin (18/7) pagi, cukup ramai. Maklum, kemarin merupakan hari pertama siswa masuk sekolah, setelah libur Idul Fitri dan kenaikan kelas. Keramaian itu, karena ada 56 orang siswa kelas 11. Tetapi jangan ditanya untuk siswa baru atau kelas 10, jumlahnya hanya 3 orang.
Asrianto - Bengkulu Selatan
Hari pertama masuk sekolah kemarin, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah itu belum berjalan. Puluhan siswa kelas 11 dan 3 orang siswa kelas 10 bahu membahu membersihkan sekolah yang sudah mulai tampak kotor ditinggalkan selama liburan.
Usai siswa melakukan kebersihan, saya diajak Kepala SMAN 10 Arwan SPd, menemui 3 orang siswa baru di sekolah itu. Dari perkenalan singkat itu, masing-masing siswa namanya, Akbar Arfindo, lulusan SMPN 12 BS di Kelurahan Gunung Mesir, Pasar Manna dengan nilai ujian akhir sekolah 126,0. Resta Yusfita Sari, siswi lulusan SMPN 20 Kaur dengan nilai ujian akhir sekolah 157,0 dan Sendra lulusan SMP N 37 BS di Desa Lubuk Sirih, Manna.
Kepada saya, Akbar mengaku alasannya memilih SMAN 10 sebagai tempatnya menuntut ilmu cukup sederhana. Jaraknya dekat dari rumahnya di Desa Terulung Kecamatan Manna.
\"SMAN 10 ini agak dekat dengan rumah orang tua saya dan alhamdulillah diterima di sekolah ini,\" ujarnya.
Begitu juga dengan Resta Yusfita Sari. Ia mengaku, meskipun ia lulusan SMPN 20 Kaur yang ada di Desa Sulau Wangi, Kecamatan Tanjung kemuning, alasannya memilih melanjutkan sekolah ke SMAN 10 bukan ke SMAN di Tanjung Kemuning karena di SMAN Kaur lokasinya juga jauh dari rumah orang tuanya. Sedangkan SMAN 10 BS, meskipun jauh dari rumah orang tua, tetapi ia tinggal di rumah bibinya yang juga sebagai guru pengajar di SMAN 10 BS. \"Saya memilih SMAN 10 BS karena dekat dengan keluarga, sehingga untuk ke sekolah cukup berjalan kaki,\" ujarnya. Begitu juga dengan Sendra, ia mengaku masuk SMAN 10 BS karena rumah orang tuanya berada di Desa Gindo Suli, Bunga Mas dan tidak jauh dari sekolah. Sehingga dirinya tisak harus repot berjalan jauh ke sekolah lain, bahkan harus kos, jika sekolah di Kota Manna.
\"Rumah orang tua saya di Desa Gindo Suli, sehingga cukup berjalan dari rumah pulang pergi dan tidak harus kos di Kota Manna kalau mau masuk ke SMAN di Kota,\" tutur Sendra. Mereka bertiga tidak mempermasalahkan kalaupun nanti belajar di kelas hanya bertiga. Bahkan mereka mengaku dapat lebih fokus jika siswa sedikit, dan memudahkan bagi guru untuk memberikan mata pelajaran bagi mereka. \"Meskipun cuma betiga di kelas nanti, tidak apa-apa kan bisa lebih enak, guru juga bisa mudah mengajar kami,\" ujar Akbar. Kepala SMAN 10 BS, Arwan SPd mengaku pasrah dengan hanya memiliki siswa 3 orang untuk kelas 10. Namun demikian, dirinya memastikan semua guru akan tetap mengajar secara optimal meskipun siswa yang diajar hanya tiga orang.
\"Mau bagaimana lagi, kami sudah berusaha menambah siswa baru, namun hanya 3 yang mau masuk ke sekolah kami, namun demikian, semua guru akan tetap mengajar maksimal untuk memberikan yang terbaik kepada semua siswa kami,\" ujarnya. Dengan siswa kelas 10 hanya tiga orang, Arwan menyadari fasilitas di sekolah sangat minim, sehingga menyebabkan siswa lulusan SMP di kecamatan Bunga Mas lebih memilih ke SMA lain. Namun demikian, tahun depan dirinya berharap Pemda BS bisa membangun ruang kelas baru lalu, juga membangun ruang laboraturium, ruang perpustakaan, juga membangun pagar sekolah dan mengaspal jalan menuju ke sekolahnya.
\"Kalau fasilitas lengkap, mudah-mudahan tahun depan siswa akan bertambah banyak yang berminat ke SMAN 10 ini, oleh karena itu, kami berharap pemda BS dapat membangun fasilitas yang kami butuhkan tersebut,\" harap Arwan. (***)