Dua Rumah di Kedurang Ludes Terbakar

KEDURANG, BE  – Warga Desa Batu Ampar, Kecamatan Kedurang kemarin sore dikejutkan dengan dua rumah warga yang terbakar.  Kedua rumah tersebut milik, Asmirul (56) dan Tunsahadi (40). Beruntung dalam peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa.  Namun kerugian yang dialami keduanya mencapai Rp 100 juta. Kapolres Bengkulu Selatan (BS), AKBP Abdul Muis SIK melalui Kapolsek Kedurang, Ipda Candra Permana SH membenarkan adanya peristiwa kebakaran tersebut. Dijelaskannya, peristiwa itu terjadi kemarin (6/7) sekitar pukul 17.10 WIB. Dari informasi yang diterima polisi, kebakaran ini diduga berawal dari  ketika anak korban Asmirul memasak air di dapur, menggunakan kayu bakar.  Hanya saja, saat api sedang diatas tunggku, anak korban kemudian  pergi ke depan rumah. Lalu selang beberapa menit, terlihat kobaran api yang muncul dari belakang rumahnya. Sontak saja, korban langsung mengecek bagian belakang  rumahnya, dan mendapati api sudah membesar membakar bagian dapur rumah  mereka.  Dikarenakan kondisi rumah korban Asmirul semi permanen, dan musim kemarau yang cukup panjang, mengakibatkan api cepat menjalar dan menghanguskan rumah korban beserta isinya.“ Kalau dari laporan yang kami terima, kebakaran itu diduga karena anak korban sebelumnya masak air dengan kayu bakar. Apinya membesar dan membakar rumah korban,” kata Candra. Melihat api sudah membesar, sambung Candra, Wargapun  datang memberikan pertolongan dengan seadanya. Sebagian ada yang menggunakan ember dan peralatan lainnya. Mengingat saat itu api sudah besar, warga pun kesulitan memadamkan api. Bahkan rumah tetangga korban yakni milik Tunsahadi yang persisi berada di samping rumah Asmirul ikut tersambar api hingga juga ludes terbakar. Akibat kejadian tersebut, korban Asmirul mengalami kerugian mencapai Rp 60 juta sedangkan korban Tunsahadi mengalami kerugian mencapai Rp 40 juta. “ Saat ini, sekitar TKP sudah kami pasang garis polisi (police line) guna penyidikan musibah ini. Seluruh bangunan rumah ludes terbakar dan sudah menjadi puing-puing,” demikian Candra. (369)