BINTUHAN,BE- Petani karet di wilayah Kabupaten Kaur resah. Mereka mengeluhkan harga karet mentah yang anjlok hingga 40 persen dari harga standar Rp 8 ribu per kilogram. Akibatnya, pendapatan harian petani turun drastis dan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan harian. Sebagian malah beralih pekerjaan dengan menjual kayu bakar.
“Semenjak musim hujan ini harga getah karet terus turun, jika dibandingkan harga biasanya,” ujar Milsan (45) petani Karet di Kecamatan Maje kemarin.
Ia mengatakan, merosotnya karet ini memaksa mereka mengalihfungsikan lahan menjadi tanaman hortikultura. Sebab sejak empat bulan terakhir, harga getah karet tidak pernah merosot sampai Rp 5 ribu per kg. Dia mengaku heran lantaran melihat pemberitaan nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat. Padahal, faktor itu biasanya mempengaruhi harga karet. Semakin kuat rupiah, harga karet kian tinggi. Namun kali ini yang terjadi sebaliknya.
”Terus terang, kami, petani sedang bingung. Sehingga, tak heran kalau banyak yang berprofesi menjadi pencari kayu bakar dan buruh bangunan,\" kata pria berkumis itu.
Ia menjelaskan, ketika harga normal di angka Rp 8- 10 ribu perkilogram. Petani mampu memperoleh 10 hingga 15 kilogram per hari dalam satu hektare. Namun saat ini, mereka hanya mampu menyadap getah karet tak lebih dari 5 kilogram per hari.
”Kalau begini terus, lahan kebun karet bisa alihfungsikan, dari pada selalu merugi,\" keluhnya.
Hal senada juga dikatakan Rasi (41), petani lainnya. Untuk menutupi kekurangan kebutuhan hidupnya, ia terpaksa mencari usaha tambahan dengan mencari kayu bakar dan di jual ke pasar. Dia memprediksi anjloknya harga karet akibat permainan para tengkulak atau pengepul.
“Inilah derita petani karet kalau dimusim hujan seperti ini tidak bisa berbuat apa-apa. Kami berharap pemkab dan instansi terkait segera menemukan solusi masalah ini,” harapanya.(618)