LAIS, BE - Minimnya keuangan yang ada di MTSsN 02 Kecamatan Lais, Bengkulu Utara, membuat pihak sekolah kebingungan untuk melengkapi fasilitas dan kebutuhan sekolah.
Sebab itu, untuk memajukan dunia pendidikan yang ada, pihak membebankan biaya kepada siswa.
Kepala sekolah MTsN 02 Lais, Nurul Fuaduddin SAg mengatakan, mengakui hal itu. Menurutnya hal itu terpaksa dilakukan mengingat fasilitas yang ada di sekolah tersebut minim, sementara keuangan sekolah tidak ada.
Sumbangan dilakukan diantaranya untuk membeli kursi siswa. Menurutnya dibutuhkan 80 kursi. Apalagi sekolah tersebut hanya memiliki 8 ruangan belajar untuk 9 kelas dan 224 siswa. Sedangkan dana BOS tidak bisa diperuntukkan untuk pembelian fasilitas sekolah. \"Anggaran kita minim, dan dana BOS tidak bisa dialihkan membeli peralatan dan kebutuhan sekolah, sehingga terpaksa solusinya kita sumbangan,\" ungkapnya.
Sementara karena ruangan belajar minim, maka terpaksa menggunakan aula yang tidak ada bangku. Sehingga siwa hanya duduk lesehan.
Sementara itu, untuk membeli bangku sekolah, kata dia, sudah dirapatkan melalui komite sekolah dan wali siswa. \"Semua sudah kita rapatkan, jadi kalau ada yang komplain waktu rapat berarti tidak datang, silahkan saja tidak bayar, asalkan alasan nyatepat. Dana kita minim, sehingga pembayarannya kita bebankan kepada orag tua siswa,\" jelasnya.
Tak hanya uang bangku yang dibebankan kepada siswa, melainkan uang pembuatan sumur bor juga dibebankan kepada siswa, sehingga untuk pembayaran uang bangku dan sumur bor itu pihak sekolah membebankan sebesar Rp 120 ribu kepada orang tua siswa.
Diakuinya banyak yang belum membayar uang tersebut, dengan alasan harga karet murah. \"Sebenarnya diharapkan akhir Mei lalu sudah lunas, tapi belum ada yag lunas, jadi mau tidak mau akan kita cari solusi bersama lagi melalui rapat yang akan datang,\" tandasnya.
Untuk sumbangan yang dipungut itupun, diakui Fuad, tidak hanya dibebankan kepada orang tua siswa, melainkan kepala sekolah juga menyumbang Rp 500 ribu, guru dan TU berstatuskan PNS sebesar Rp 200 ribu, dan guru honorer Rp 100 ribu. Dengan adanya bantuan itu diharapkan kebutuhan sekolah dapat terpenuhi. Sehingga masyarakat diharapkan dapat mengerti dengan kondisi anggaran yang ada, dan pihak sekolah sudah mengajukan bantuan ke Kemenag dan Kementerian pendidikan, hanya saja belum terealisasi. \"Kita tidak ingin siswa kita berlama-lama belajar dengan kondisi lesehan seperti ini, jadi semua sumbangan, baik kepala sekolah, guru PNS dan non PNS, kalau wali siswa tidak mampu silahkan datangi sekolah dengan alasan yang tepat, apalagi sumbangan itu sudah dirapatkan sebelumnya,\" demikian Fuad. (117)