BENGKULU, BE - Hingga saat ini masyarakat yang berada di Pulau Enggano, Kecamatan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara belum dapat menikmati fasilitas negara berupa listrik dari PLN. Untuk sumber penerang, masyarakat hanya mengandalkan mesin diesel bantuan program PNPM tahun 2010 lalu. Tak ayal, pulau ditempati tiga ribuan warga itu masih gelap gulita. Untuk menghidupkan mesin diesel tersebut, masyarakat pun terpaksa iuran untuk membelikan solar dan biaya operasional lainnya. Dan masyarakat harus mengeluarkan biaya antara Rp 70 ribu hingga Rp 295 ribu perbulannya. Itu pun tidak sampai pagi, hanya hidup sebatas pukul 23.00 WIB setiap malamnya. \"Mau tidak mau masyarakat harus membayar mahal untuk menerangi rumah mereka. Dan banyak juga yang tidak menggunakan listrik tenaga diesel itu karena tidak mampu membayarnya,\" kata Camat Enggano, Marlansius, SSos. Akibat tidak memadainya listrik tersebut, membuat masyarakat hidup secara tradisional. Seperti menggunakan kayu bakar untuk memasak, dan belum menggunakan alat-alat listrik yang canggih. \"Ada juga yang menggunakan kompor minyak tanah dan lampu teplok, namun kendalanya masyarakat kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah, jika pun ada, harganya sanhat mahal dan tidak mampu dijangkau masyarakat,\" bebernya. Untuk itu, ia pun berharap agar pemerintah segera memasukkan PLN dan menempatkan rayon ranting di Enggano, mengingat masyarakat di pulau terluar Bengkulu itu sangat membutuhkan listrik. \"Enggano yang memiliki luas 40 X 17 KM ini terdapat 6 desa, yakni Desa Kahyapu, Malakoni, Kaana, Meok, dan Banjarsari ini, semuanya sudah memiliki tiang listrik di depan rumahnya, meskipun masih terbuat dari kayu,\" sampainya. (400)
Krisis Listrik, Enggano Gelap Gulita
Senin 07-04-2014,14:00 WIB
Editor : Rajman Azhar
Kategori :