Indonesia Belum Siap

Sabtu 08-02-2014,12:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

 Dari Seminar Nasional IKWI, Menyongsong MAE 2015

BENGKULU, BE - Banyak pihak yang meragukan kesiapan Indonesia untuk bisa menjadi pemain utama saat pasar bebas ASEAN diberlakukan di tahun 2015 mendatang. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Dekan Fakultas Ekonomi Unib, Prof Lizar Alfansi PhD, yang menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI), di Hotel Raffles City, kemarin (7/2). Acara tersebut diadakan tersebut diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh perwakilan IKWI se-Indonesia. Acara yang dibuka istri Gubernur Bengkulu, H Honiarti Junaidi SAg ini juga dihadiri istri Walikota Bengkulu Khairunnisa SE, Ketua IKWI Pusat H Umi Rahayu Margiono dan perwakilan organisasi perempuan di Provinsi Bengkulu. Dalam sambutannya, Honiarti mengapresiasi langkah yang dilakukan IKWI Cabang Bengkulu dengan menggelar seminar dengan tema \'\'Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE)\'\'. \"Acara ini sangat positif dan penting. Semua masyarakat khususnya para anggota IKWI harus siap untuk menyongsong MAE 2015 mendatang,\'\' tukasnya. Ketua IKWI Cabang Bengkulu, May Jahniar Sukatno, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah provinsi yang telah mendukung penuh IKWI dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Dia berharap, seminar tersebut bermanfaat dan menambah wawasan. Sementara Lizar Alfansi menilai, faktor utama ketidaksiapan Indonesia, khususnya menjadi pemain utama pasar bebas ASEAN adalah keterbatasan infrastruktur. \"Banyak faktornya mengapa kita tidak siap, salah satunya adalah infrastruktur kita belum menunjang untuk FTA (Free Trade ASEAN, red),\" imbuhnya. Dia mencontohkan, untuk mengirim kapal dari Jakarta ke Ambon, ongkosnya lebih mahal dibandingkan mengirim kapal ke luar negeri. Hal tersebut, tentunya harus dipersiapkan agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar saja, namun juga menjadi pemain. \"Pemerintah harus berpikir global, tidak hanya berorientasi lokal datau regional dalam hal ini,\" tambahnya. Disampaikannya, pasar bebas harus disambut dengan kesiapan total. Tidak hanya pemerintah, pebisnis juga harus menyambutnya dengan penuh kesiapan. Indonesia sebisa mungkin harus meminimalisir bahan mentah untuk diekspor. Dia mengatakan, barang mentah tersebut harus ditambah value added (nilai tambahnya) dengan cara membuatnya menjadi barang jadi. \"Contohnya, kita mengekspor minyak mentah ke luar negeri, namun kita membeli minyak jadi. Harusnya kita bisa membuat sendiri,\" ujarnya. Dia menyarankan Indonesia untuk belajar dar negara jiran, Malaysia. Dia mengatakan, jumlah pengunjung pariwisata Malaysia mencapai 25 juta per tahunnya. Sedangkan Indonesia yang kaya akan potensi wisata hanya bisa mendatangkan 8 juta turis. \"Indonesia jelas lebih kaya pariwisatanya dibandingkan Malaysia. Namun Malaysia bisa menjadi peringkat 10 kunjungan terbanyak sedunia,\" pungkasnya. (cw5)

Tags :
Kategori :

Terkait