33 Gepeng Dirazia

Jumat 18-10-2013,12:30 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

BENGKULU, BE - Sebanyak 33 Gepeng (gelandangan dan pengemis) yang ada di Kota Bengkulu telah ditarget untuk dirazia oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bengkulu dalam waktu dekat.  Sebagian besar Gepeng ini berasal dari dalam kota dan sedikit yang berasal dari luar.   \"Domisili mereka mayoritas dari Sawah Lebar.  Ada yang berasal dari luar kota, tapi jumlahnya tidak signifikan. Data terbaru yang kita miliki jumlah seluruhnya ada 33 orang.  Mereka ini terdiri dari 12 orang pendamping, tunanetra laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 11 orang.  Ini data kita terbaru, tapi kita belum melakukan pendapataan kembali.  Saat ini jumlah ini tentu sudah bertambah karena saat ini gepeng semakin banyak,\" kata Kepala Seksi Tuna Susila Dinsos Kota Bengkulu, Fitralvo SST kepada BE, kemarin. Dijelaskannya, pekan depan Dinsos akan melakukan koordinasi dengan Polres Bengkulu dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bengkulu untuk menggelar razia, menertibkan gepeng-gepeng ini. Untuk melakukan pembinaan, pihak Dinsos Kota mengaku telah menggandeng rumah-rumah sekolah dan tempat-tempat kursus pendidikan agar dapat memberikan keterampilan bagi para gepeng agar mereka dapat mencari profesi yang lain selain Gepeng. \"Pembinaan yang kita lakukan terhadap mereka sebenarnya sudah sangat sering. Tapi mungkin pendapatan mereka yang cukup besar, misal ada yang mengaku kepada kami bisa memperoleh sampai Rp 300 ribu, membuat mereka enggan untuk meninggalkan profesinya ini. Tapi tetap akan kita tertibkan kembali. Pekan depan kami akan berkoordinasi dengan kepolisian dan Satpol PP untuk merazia Gepeng-Gepeng,\" jelasnya. Fitralvo melanjutkan, mereka akan melakukan razia secara sporadis. Ia membeberkan, pihak kepolisian dan Satpol PP tidak akan menggunakan seragam uniform dalam melakukan kelak. \"Sehingga nanti para gepeng ini tidak lolos. Diantara titik-titik yang akan kita pantau adalah Simpang Lima, Simpang Padang Harapan, Simpang Jam dan Simpang Jamik,\" urainya. Dedi, salah satu gepeng yang berhasil diwawacarai di Simpang Jamik kepada BE mengatakan, ia terpaksa menjadi gepeng untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia mengaku siap meninggalkan pekerjaan sebagai Gepeng bila pemerintah memberikan dia keterampilan dan modal untuk dia bekerja. \"Saya di sini penghasilan kadang Rp 500 ribu, kadang Rp 1 juta. Untung-untungan juga. Saya sendiri berasal dari Lintang. Saya ngemis ini buat cari makan. Orang tua saya sudah sakit-sakitan. Kadang uangnya saya kirim juga buat mereka berobat,\" ungkapnya. (009)

Tags :
Kategori :

Terkait