"Misalnya, saya kenal Plt Bupati Kudus. Gak pernah saya bilang dia kikir. Tapi sekali saya mengajukan proposal gak kesampaian, tiba-tiba saya bilang dia medit atau kikir. Jadi, saya memvonis dia medit itu sebetulnya ya karena punya keinginan yang gak kesampaian," papar Gus Baha.
Gus Baha kemudian memperluas contoh ini ke dalam kehidupan sosial, khususnya dalam hubungan antarindividu.
Menurut Gus Baha, banyak orang yang dengan mudah menilai seseorang sombong hanya karena keinginan mereka untuk lebih dekat atau berinteraksi tidak terpenuhi.
"Anak-anak muda yang tinggal di Jakarta, pernah gak kamu bilang seseorang itu sombong? Enggak kan? Tapi setelah kamu bilang, 'Mbak, aku pingin kenal sampean,' lalu dia menolak, baru kamu bilang dia sombong. Karena apa? Keinginan kamu gak kesampaian," jelas Gus Baha.
Menurut Gus Baha, jika sikap tamak seperti ini dibiarkan berkembang, hal itu dapat merusak moral bangsa.
Orang-orang akan lebih fokus menghakimi sesama berdasarkan keinginan pribadi daripada bersikap objektif dan menerima kenyataan.
BACA JUGA:Agar Rezeki Melimpah Tanpa Harus Berdoa, Gus Baha Sarankan Ini
BACA JUGA:Cara Mudah agar Sholat Khusyuk, Gus Baha: Mudah dan Semua Orang Pasti Bisa
"Bayangkan kalau orang bermental tamak kayak apa bangsa ini?" ujar Gus Baha.
Penyakit tamak tidak hanya mengganggu ketenangan batin, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial.
Ketidakpuasan yang terus-menerus membuat seseorang sulit bersyukur dan cenderung menyalahkan orang lain atas kondisi yang dialaminya.
Dalam ajaran Islam, sifat tamak dianggap sebagai penghalang utama menuju ketenangan jiwa.
Sebaliknya, Islam mengajarkan qana’ah, yaitu sikap merasa cukup dengan apa yang dimiliki, sebagai kunci kebahagiaan sejati.
Gus Baha menekankan bahwa orang yang memiliki mental memberi akan lebih mudah menerima keadaan dan tidak mudah terpengaruh oleh ketidakpuasan duniawi.
Sebab, mereka telah mencapai ketenangan batin yang tidak bergantung pada keinginan materiil.
"Kalau sudah selesai dengan dirinya sendiri, orang gak akan gampang menghakimi. Sebab, dia sudah paham bahwa hidup bukan tentang memenuhi keinginan pribadi," ungkap Gus Baha.