BENGKULUEKSPRESS.COM - Di tengah maraknya kafe bertema retro atau 90an di Kota Bengkulu, Tjahaja Hati hadir dengan konsep yang unik dan memiliki kisah tersendiri.
Kafe milik Oktario (40) ini bukan sekadar tempat nongkrong dengan nuansa jadul, tetapi juga menggabungkan toko buku, koleksi kaset musik, kamera analog, hingga berbagai benda klasik lainnya.
Menurut Rio sapaan akrabnya, Tjahaja Hati merupakan wujud dari cita-citanya sejak kecil untuk memiliki toko buku.
Namun, setelah melakukan riset dan melihat rendahnya minat baca masyarakat, ia memutuskan untuk mengkombinasikannya dengan sebuah kafe.
"Saya ingin meningkatkan minat masyarakat Bengkulu untuk membaca dengan cara yang lebih menarik, yaitu menghadirkan suasana nyaman sambil menikmati makanan dan minuman ringan," ujar Rio.
BACA JUGA:Usung Nuansa Klasik, Tempat Nongkrong Ini Jadi Idola Kawula Muda di Bengkulu
BACA JUGA:Sebiru Renjana: Tempat Nongkrong di Bengkulu Dengan Nuansa Alam
Ia juga menceritakan nama bersejarah yang ia cantumkan sebagai nama cafe miliknya yang tak luput dari sentuhan nostalgia.
Nama Tjahaja Hati katanya bukan sekadar pilihan untuk mengikuti tren retro, melainkan memiliki makna mendalam bagi Rio.
Nama ini diambil dari toko buku milik kakeknya, yang dulu pernah berdiri dengan nama yang sama.
"Kakek saya dulu punya toko buku bernama Tjahaja Hati. Jadi, ketika saya akhirnya bisa mewujudkan impian untuk memiliki toko buku sendiri, saya langsung memilih nama ini sebagai bentuk penghormatan kepada beliau," tambah Rio.
Selain koleksi buku, Tjahaja Hati juga menampilkan kaset musik lawas, kamera analog, hingga berbagai benda manual lainnya.
Konsep ini sengaja dihadirkan untuk memberikan pengalaman berbeda bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi serba instan.
"Kami ingin anak muda sekarang tahu bahwa segala sesuatu butuh proses. Misalnya, mendengarkan musik dari kaset atau mengambil foto dengan kamera analog, semuanya butuh kesabaran dan usaha," ungkap Rio