"Suamiku mengizinkan Hasan masuk. Tapi untuk Husen saya belum izin pada suami saya. Jadi saya tidak bisa membukakan pintu," ungkap Situ Mutiah.
"Tapi Husen kan cucu Rasulullah SAW," ujar Siti Fatimah.
"Sebaiknya kembali saja besok lagi, saya akan minta izin suamiku dulu," pinta Siti Mutiah.
Siti Fatimah tidak bisa memaksa, tetapi dia berjanji akan kembali lagi.
Keesokan harinya, Siti Fatimah dan kedua putranya akhirnya bisa bersilaturahmi di kediaman Siti Mutiah.
BACA JUGA:Amalan Mudah Masuk Surga, Gus Iqdam: Kalau Ada yang Mudah Kenapa Harus yang Susah
Ternyata, rumah Siti Mutiah jauh dari bayangan Siti Fatimah. Tidak ada perabotan mewah di dalamnya, tetapi rumah tersebut sangat tertata rapi.
Setiap ruangan sangat harum, sehingga Hasan dan Husen merasa betah di rumah Siti Mutiah.
Siti Mutiah sangat sibuk menyiapkan makanan untuk suaminya yang sedang berada di ladang. Namun yang menarik, Siti Mutiah juga menyiapkan cambuk.
"Apakah sumimu pengembala kok kamu membawa cambuk?" Kata Siti Fatimah.
"Suamiku adalah petani bukan pengembala. Cambuk ini sangat penting," ungkap Siti Mutiah.
Menurut Siti Mutiah, cambuk itu digunakan untuk mencambuk punggungnya jika masakannya tidak enak.
"Apakah itu keinginan suamimu?" ujar Siti Fatimah heran.
"Bukan, suamiku sangat penyayang. Itu keinginanku agar aku dicambuk jika aku belum bisa membuat suamiku bahagia. Agar aku tidak durhaka pada sumiku," ungkap Siti Mutiah.
Mendengar jawaban itu, akhirnya Siti Fatimah mengerti mengapa Rasulullah menyebut Siti Mutiah sebagai wanita pertama yang akan masuk surga.