Bubur Suro Sajian Menjelang Malam 1 Muharram, Hidangan Sakral Maaya Jawa

Jumat 16-02-2024,16:32 WIB
Reporter : Fitri Nugroho
Editor : Rajman Azhar

Namun ada pula yang mengatakan sejarah bubur suro ini awalnya dihadirkan untuk memperingati hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro yang bertepatan dengan 1 Muharam dan sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung di Mataram. 

Kendati demikian, kitab I’anah Thalibin karya Abu Bakr Syata al-Dimyati juz 2/267 menyebutkan bahwa keberadaan bubur Suro ternyata sudah ada sejak zaman Nabi Nuh.

BACA JUGA:Mengulik Sejarah Keberadaan Bakso di Indonesia, di Negara Asalnya Menggunakan Daging Ini

Saat itu Nabi Nuh mengumpulkan biji-bijian yang tersisa setelah selamat dari 40 hari mengarungi banjir besar. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Asyura. 

Filosofi Bubur Suro

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Bubur Suro memiliki makna filosofi tersendiri.  Bubur Suro melambangkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah dan rezeki yang diperoleh.

Bubur Suro juga memiliki makna sebagai bagian dari ritual atau tradisi tahunan yang sudah diselenggarakan secara turun temurun.

Selain itu, Bubur suro memiliki makna rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta sebagai persembahan dan doa untuk meminta rezeki, dan keselamatan hidup.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Terciptanya Fuyunghai, Makanan Khas Chinese yang Populer di Indonesia

Sementara sumber lain menyebutkan sejarah bubur suro untuk memperingati hari di mana Nabi Nuh selamat setelah 40 hari mengarungi banjir besar yang melanda dunia saat itu. 

Pada waktu itu, Nabi Nuh bertanya kepada para sahabat apakah masih ada makanan sisa di dalam kapal lalu sahabat menjawab "Masih ada ya nabi". 

Ia menyebutkan bahan makanan yang tersisa ada kacang poi, kacang adas, ba'ruz, tepung, dan kacang hinthon. Bahan tersebut lalu dimasak bersamaan. Di sinilah cikal bakal terbentuknya bubur suro. 

BACA JUGA:Asal Usul Sate Taichan Ternyata Bukan dari Jepang, Tapi dari Indonesia, Mau Tahu Daerahnya?

Salah satu wilayah Indonesia yang masih menjadikan Bubur Suro sebagai sajian untuk merayakan malam 1 muaram adalah di Sumenep, Jawa Timur 

Masyarakat Sumenep, Madura, Jawa Timur, setiap tahun membuat bubur Muharam atau Tajin Suro. Tajin Suro terbuat dari bubur nasi dan kuah beras ketan. 

Bubur Suro terdiri dari dua warna yakni merah dan putih. Dalam keyakinan masyarakat setempat, bulan Muharam dipandang sebagai bulan nahas. 

Kategori :