Ketiga, rindu kampung halaman. Saat itu Aban bin Said baru saja datang dari Makkah. Sesampai di Madinah, dia menemui Nabi Muhammad. Nabi kemudian bertanya tentang keadaan Makkah saat ini. Kata Aban bin Said, saat dirinya meninggalkan Makkah, hujan sedang turun, rumput izhir tumbuh, dan jewawut liat baru saja berdaun. Mendengar hal itu, mata Nabi Muhammad tiba-tiba digayuti air mata.
BACA JUGA:Terbukti Membayar, Cuma Baca Berita Dapat Saldo DANA Gratis Rp500.000 Dari Aplikasi Readward
Di samping itu, Nabi Muhammad juga menangis setelah ‘menceramahi’ kaum Anshar. Alkisah, setelah perang Hunani, Nabi Muhammad membagikan harta rampasan perang kepada kaum Muhajirin dan mualaf. Kaum Anshar yang tidak menerima rampasan perang marah dan kesal dengan kebijakan Nabi Muhammad tersebut.
Nabi kemudian mengumpulkan kaum Anshar dan menceramahi mereka. Kepada kaum Anshar, Nabi Muhammad menjelaskan bahwa harta rampasan dari perang Hunain sengaja dibagikan kepada kaum Muhajirin dan mualaf agar mereka semakin kuat keimanan dan keislamannya. Nabi berdalih, kaum Anshar tidak diberi rampasan perang karena mereka sudah kokoh imannya. Setelah mendengar ceramah Nabi, kaum Anshar menangis tersedu-sedu. Begitu pun dengan Nabi Muhammad.
BACA JUGA:Rumah Tusuk Sate, Benarkah Membawa Kesialan, Berikut Penjelasan Ustadz Khalid Basalamah
Dengan demikian, umat Islam boleh saja merasa sedih lantaran menghadapi beragam peristiwa yang demikian menyesakkan dada. Bahkan dalam keadaan sedih juga dibenarkan meneteskan air mata. Hanya saja hendaknya saat sedih dan menangis, tetap terukur dengan tidak melakukan hal yang merugikan apalagi dilarang agama. (**)