Seleksi tertulis tersebut, peserta harus menjawab 100 soal yang terdiri dari 50 multiple choice, 25 sebab akibat, 25 benar atau salah. Dalam menjawab soal yang sudah disediakan tim dari KPU pusat tersebut, peserta mengaku banyak terjebak atas pertanyaan tersebut. Walau demikian, tidak membuat optimisme mereka turun.
“Soal yang diujikan sangat menjebak, kalau yang jarang baca pasti akan kesulitan. dimana isinya seputar undang-undang demokrasi, pemerintahan, pengetahuan umum, dan masalah pemilu,” ungkap salah satu peserta, Teguh A Roni SE MM.
Sementara itu, peserta lainnya yang berasal dari KPU Bengkulu Tengah, Ratim Nuh SH mengaku cukup kualahan atas soal tersebut. Ini sebuah proses, namun harus dijalani untuk mengikuti tahap berikutnya. Dalam mengerjakan soal tersebut, pantia menyediakan waktu selama 100 menit kepada peserta. Dalam waktu tersebut, peserta sama sekali tidak mengalami kekurangan.
Dilanjutkan akademisi IAIN Bengkulu ini, untuk menghindari adanya kebocoran soal, setelah dilakukan tes tertulis sebnyak 74 soal tersebut langsung dimusnahkan, dengan cara dibakar sekitar pukul 12.30. Dalam pembakaran ini juga selain anggota Timsel, ada saksi dari sekretariatan KPU, dan perwakilan kepolisian. “Karena masih ada beberapa provinsi lagi yang belum mengikuti tes, jadi sengaja dimusnahkan untuk menghindari kebocoran,” tegasnya.
Setelah melakukan tes tertulis, sambung Khairudin, Timsel langsung akan menetapkan 20 besar. Setelah mengikuti satu paket seleksi mulai dari tes tertulis, kesehatana, psikologi, forum goup diskusi, dan wawancara, dipastikan 47 peserta berguguran, karena hanya akan ada 20 besar untuk bersaing menuju 10 besar. (160)