Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi, Bank Indonesia Bengkulu, Rifat Fasah mengatakan, Bengkulu mencatat pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2019 ini sebesar 5,05%. Pertumbuhan ini sama dengan nasional, Bengkulu masih perlu menggenjot lagi potensi ekonomi yang dimiliki.
“Pertumbuhan ekonomi Bengkulu, pada triwulan II ini ‘tertolong’ dengan adanya lebaran dan pelaksanaan Pilkada dan Pilpres yang meningkatkan belanja domestik. Intinya Bengkulu harus terus meningkatkan potensi ekonominya agar bisa mengejar ketertinggalan dengan daerah lain” ujar Rifat.
Bank Indonesia memprediksi kondisi kemarau yang cukup panjang sampai mendekati akhir tahun akan mendorong posisi inflasi lebih tinggi dari perkiraan semula. Kondisi ini kemudian menyebabkan menurunnya kinerja sejumlah sektor produksi pertanian, akibatnya produksi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Inflasi juga akan diroyeksikan pada 3,17 persen, namun untuk memperhitungkan dampak dari kemarau ini, perkiraan inflasi menjadi 3,67 atau 3,70 pada triwulan IV 2019.
Selain itu, Rifat juga menjelaskan, faktor eksternal, seperti perang dagang Amerika Serikat (As) dan Tiongkok memberi pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Hal ini tak lepas dari ekonomi Bengkulu yang masih menggantung pada komoditi sawit dan batubara. (Kkj)