”Saya jual ke toke beberapa hari ini sebesar Rp 940/kg. Ini dikarenakan harga beli ditingkat pabrik naik. Dimana toke menjual TBS yang dikumpulkan dari petani ke pabrik terdekat, yakni PT KSM dengan harga tertinggi Rp 1.110/kg,” katanya.
Menurut Eri, harga Rp 940 itu yang ia terima dari toke. Belum termasuk biaya untuk membayar jasa panen sebesar Rp 250/kg. “Kebetulan lokasi kebun saya tidak jauh dari jalan raya. Sehingga biaya jasa panen dan angkut sebesar itu. Jika petani lain, yang kebunnya cukup jauh dari jalan raya dan buah sawit dilansir. Harus kembali mengeluarkan cost tambahan sebesar Rp 50/kg. Artinya biaya jasa panen bisa mencapai Rp 300/kg,” bebernya. Dari total TBS dijual Rp 940, hasil bersih yang diterima sebesar Rp 690/kg.
“Inilah keuntungan yang saya terima per kilogramnya. Cukup lumayanlah, per hektar panennya bisa mencapai satu ton lebih. Sedangkan sawit yang di panen sekitar empat hektar. Namun, jika harga beli dibawah seribu per kilogram yang di beli pabrik. Maka sangat berdampak kepada petani yang harus menerima hasil penjualan lebih rendah,” ungkapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Heri Prastyono SSTP melalui Kepala Seksi Kemitraan,Perizinan dan Budidaya Perkebunan, Sudianto SP dikonfirmasi BE, kemarin (13/8) menyampaikan, naiknya harga beli TBS di pabrik-pabrik dipengaruhi pasaran harga CPO internasional mengalami kenaikan sejak beberapa hari terakhir. ”Ini faktor utama TBS naik dibeli pabrik. Jika, harga CPO di pasar internasional turun, maka akan berdampak pula pembelian di tingkat pabrik yang berimbas ke petani sawit,”bebernya.
Hingga sore ini (kemarin), Sudianto menyebutkan, harga beli TBS masih bertahan sejak beberapa hari terakhir. Yakni, PT KSM membeli TBS petani Rp 1.110 per kilogram,PT MMIL Rp 1.110,PT AMK Rp 1.080,PT SSS Rp 1.090,PT SAP Rp 1.110,PT KAS Rp 1.110,PT DDP Rp 1.160,PT USM Rp 1.180,PT BMK Rp 1.200 dan PT GSS Rp 1.200 per kilogram.(900)