Bahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemda untuk berbicara dan menawarkan program tersebut kepada sejumlah kelompok yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit di daerahnya.\"Kita minta kesediaan petani mengintegrasikan tanaman pala dengan tanaman kelapa sawit di lahan perkebunannya,\" kata Ricky, kemarin (10/7).
Ia mengaku, banyak petani bersedia, tetapi dengan syarat tanaman pala tidak merusak tanaman kelapa sawitnya. Hal tersebut tidak akan terjadi mengingat, pemerintah hanya menyasar tanaman kelapa sawit milik petani yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
\"Jadi tanaman sawit yang tidak produktif bisa ditanami bibit pala oleh petani, nanti kalau palanya sudah besar dan berbuah maka bisa menambah penghasilan petani,\" ujarnya.
Ia mengatakan, program pengembangan tanaman pala tersebut bertujuan untuk menambah penghasilan petani perkebunan di daerah. Bahkan saat ini harga fuli biji pala masih lumayan yakni Rp 185 ribu per kilogram (Kg), sedangkan biji pala mencapai Rp 65 ribu per kg.
\"Jadi selain untung dari sawit, harapan kita petanijuga bisa untung dari jualan buah pala,\" harapnya. Ia menyebutkan, program integrasi tanaman pala dan sawit ini bisa dilakukan di Bengkulu. Karena berdasarkan informasi yang didapat, beberapa daerah seperti Mukomuko sudah mulai mengintegrasikan tanaman pala dan sawit. \"Kita berharap integrasi ini bisa diikuti seluruh daerah di Bengkulu, sehingga petani di Bengkulu semakin sejahtera,\" tutupnya.(999)